REPUBLIKA.CO.ID, Posisi leher rahim dalam tubuh dapat terjangkau dari luar. Pemeriksaan terhadap serviks pun tidak memerlukan tindakan operasi.
Karena itu skrining kanker serviks pada perempuan di bawah usia 30 tahun bahkan bisa dilakukan dengan sitologi saja. Bila negatif, silakan lakukan pengecekan setiap dua atau tiga tahun sekali.
Perempuan 30 tahun ke atas bisa menjalani co-testing HPV–LBC. Bila negatif, cek ulang setiap tiga sampai lima tahun sekali.
Nilai prediksi negatif tes ini 100 persen. Artinya apabila negatif, kemungkinan terkena kanker serviks dalam waktu tiga sampai lima tahun hanya satu banding 1.000.
Bagaimana bila hasil sitologi positif? “Pasien bisa menjalani olonoskopi dilanjutkan dengan biopsi agar segera mendapatkan penanganan yang tepat,” kata dr Andry SpOG.
Lalu bagaimana bila hasil HPV positif, tetapi sitologi negatif? Jika itu terjadi, ulang pengecekan setahun berikutnya. Bila HPV masih ada, baru lakukan biopsi kolposkopi.
Tenang saja, hidup sehat, makan makanan bergizi, tidur cukup, dan berpikir positif akan meningkatkan imunitas. “Sekitar 90 persen infeksi HPV hilang dengan daya tahan tubuh yang baik,” ujar Andry.
Andaikan semua pemeriksaan hasilnya negatif, dapatkan vaksin kanker serviks. Pemeriksaan berkala setiap tiga sampai lima tahun tetap diperlukan.
Andry memahami, perempuan biasanya malu dan takut untuk melakukan skrining. Padahal, skrining pengerjaannya simpel, tidak menimbulkan perlukaan, dan tidak sakit.
Agar pemeriksaan berlangsung lancar, Andry menyarankan agar tetap tenang dan rileks. Jangan malu menjalaninya karena Anda bukanlah satu-satunya yang diperiksa. “Yakinkan diri, tes sederhana ini dapat menyelamatkan hidup Anda,” kata Andry.