REPUBLIKA.CO.ID,Kita harus masuk Suriah. Demikian semangat yang ada pada team SOS Suriah untuk menghantarkan bantuan kemanusiaan bagi masyarakat Suriah yang terkena dampak langsung peperangan yang berlarut-larut di Suriah.
Pada pertengahan Februari lalu, untuk kali kedua, berangkatlah team SOS III Suriah ke Yordania. Kali ini team bersama dengan relawan medis ACT yang membantu penanganan medis para pengungsi Suriah di Yordania.
Kami berencana masuk ke Suriah melalui Yordania. Dari kordinasi sebelumnya dengan pihak JHAS (Jordan Health Aid Society) partner di Yordania, kami berencana akan ikut mereka ke Suriah melalui kota Dar’a, sebuah kota besar yang berada di sebelah selatan Damascus. Saat ini JHAS memiliki sebuah klinik di Suriah, dekat perbatasan dengan Yordania. Kami berencana masuk bersama wartawan CNN yang juga meminta bantuan JHAS untuk bisa masuk ke Suriah.
Namun rencana tinggal rencana. Perang besar yang terjadi di Dar’a praktis membuat tim tak bisa masuk ke Suriah melalui perbatasan dengan Yordania. Situasi sangat gawat. Perang besar di Selatan Suriah mengakibatkan luapan pengungsi Suriah yang masuk ke Yordania melonjak hampir 3 kali lipat. “Mohon maaf, kami tidak bisa antar anda kesana, suasana sangat berbahaya, kami tidak mau terjadi sesuatu yang tidak baik pada diri anda”, ujar pihak JHAS.
Kami tetap berupaya. Kami coba mendapatkan izin kedubes Suriah di Yordania dengan cara mendapatkan rekomendasi dari kedutaan besar Republik Indonesia (KBRI) di Yordania yang nantinya akan diserahkan kepada Dubes Suriah. Namun karena situasi yang sangat panas, KBRI menolak mengeluarkan rekomendasi. Kami juga paham dan maklum dengan keputusan KBRI tersebut. Pemerintah Indonesia tidak menginginkan sesuatu yang buruk menimpa warganya. Sebagai catatan, saat itu daerah selatan Suriah masih dibawah penguasaan tentara pemerintah, sehingga untuk masuk ke Suriah, kita memerlukan visa Suriah. Dan saat ini, kedutaan besar Suriah dimanapun berada tidak lagi mengeluarkan visa.
Pada saat kami di Yordania, selain menangani pasien pengungsi Suriah di perbatasan, kami juga berkesempatan mengunjungi beberapa lokasi urban refugees, termasuk beberapa sekolah yang menampung siswa pengungsi Suriah. Dari kunjungan-kunjungan inilah, kami mendapatkan informasi bahwa ada beberapa relawan kemanusiaan Yordania yang bermaksud masuk ke dalam Suriah melalui Turki. Akhirnya kami pun dapat menemui relawan tersebut. Dari hasil perbincangan dengan mereka, kami mengetahui mereka bekerjasama dengan IHH Turki, sebuah NGO yang sudah kami kenal. Mereka berencana berangkat dari Yordania pada 13 Maret 2013. Wah, sebuah kesempatan yang sangat berharga. Dengan komunikasi intensif, tim SOS III Suriah pun mendapat lampu hijau untuk tembus ke Suriah melalui Turki.
Pada hari yang ditentukan, terbanglah kami dari Amman ke Istanbul. Dari Istanbul, kami melanjutkan perjalanan menuju Gaziantep pada keesokan harinya. Dari Gaziantep, kami menuju ke sebuah kota bernama Kilis dengan menggunakan kendaraan dan tinggal di sana. Perjalanan antara Gaziantep dengan Kilis ditempuh dengan waktu sekitar 45 menit. Kami tiba di hotel pada tepat jam 12 malam. Udara sangat dingin. Pada saat di Yordania sudah memasuki musim semi, di wilayah Turki masih musim dingin, dimana salju masih kerap kali turun.
Keesokan harinya kami berangkat menuju perbatasan Turki dengan Suriah. Truk-truk yang mengangkut bantuan berupa bahan pangan, selimut, pakaian, dan sebagainya sudah siap di lokasi. Ternyata partner kita di Turki sangat cekatan dalam mempersiapkan segala sesuatunya. Setelah itu, kami pun bergerak menuju kamp pengungsi.
Berbeda dengan kamp pengungsi di Yordania yang masuk ke dalam wilayah Yordania, kamp pengungsi ini ternyata berada di dalam wilayah negeri Suriah. Ketika menuju kamp ini, passport saya sudah di stempel keluar Turki oleh pihak imigrasi Turki. Saya pun melenggang masuk ke dalam Suriah. Kondisi di utara Suriah yang dikuasai oleh pihak oposisi membuat pemeriksaan passport ditunda.
Akhirnya tim SOS Suriah masuk ke Suriah. Kondisi pengungsi di tenda-tenda sangat memprihatinkan. Tidak berbeda dengan kondisi di kamp pengungsi di Yordania. Semoga dengan menginjakkan kaki di bumi Suriah ini kita dapat menyempurnakan ikhtiar kita untuk bisa membantu saudara-saudara muslim Suriah.
Penulis: Doddy Cleveland HP / Direktur Global Humanity Response – Aksi Cepat Tanggap
Bis yang mengangkut bahan makanan dari Turki ke Suriah