REPUBLIKA.CO.ID, Puisi Budi Sabarudin
1/
Kubaca negeri duka
Kisah-kisah kepiluan disembunyikan
Dikuburkan dalam peti mati
Air mataku meleleh
Serupa bola plastik dibakar api
Tuhan, aku ingin mengadu
Tapi ayat-ayat dan pasal-pasal
Dirahasiakan dalam pistol dan teror
O… betapa malang bumi kelahiranku
Cerminc-ermin mendadak retak
Keping-kepingnya membunuh percakapan
Di rumah-rumah, istana, parlemen,
Sekolahsekolah dan mushalamushala
2/
detik ke detik
Penduduk mengungsikan air mata
Mengikuti jejak sufi
Mengumpulkan cahaya zikir
Ribuan tapak kaki
Mata murung
Menyusur jalan pulang
Memasuki hutan-hutan berlumut
Mereka menerjemahkan hujan
Bercakap dengan daundaun
Menafakuri ranting-ranting jatuh
Belajar dari akarakar, rumputan, dan pohonpohon
3/
Rumah-rumah kayu tegak
Batu-batu serempak membentuk tanggul
“Aku mencintai negeri embun,” kata mereka
Kekalik, Mataram-NTB 1997-Kota Tangerang 2013
Budi Sabarudin, lahir di Desa Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat. Senang menulis puisi dan cerpen. Karya-karyanya pernah dimuat di sejumlah koran lokal, nasional, dan online. Sehari-hari bekerja sebagai jurnalis. Kini tinggal di Taman Royal 3, Jalan Akasia 3 AX1 No 8, Cipondoh, Kota Tangerang, Provinsi Banten. Email [email protected]; hanphone 087-8830-36-184