Selasa 08 Dec 2015 17:07 WIB

Papa Minta Saham pun Dijadikan Puisi

Denny JA bersama karya bukunya di Frankfurt Book Fair 2015.
Foto: Ist
Denny JA bersama karya bukunya di Frankfurt Book Fair 2015.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sindiran Presiden Jokowi tentang papa minta saham mengilhami Denny JA untuk menulis puisi. Sebagai pegiat Indonesia tanpa Diskriminasi, Denny menulis puisi berjudul 'Papa Minta Saham'.

Papa Minta Saham

"Mengapa bisa terpilih pemimpin yang buruk?"

Itu keluhan aktivis Faruk

Kasus Papa Minta Saham yang kemaruk

Membuatnya garuk-garuk

Terbayang tahun 98, era reformasi

Berjuang bersama impikan demokrasi

Era baru akan mengganyang korupsi

Spirit baru musnahkan busuknya politisi

Itu yang dulu ia yakini

Namun kini disaksikannya jenis pemimpin yang sama

Reformasi membawa bau tengik serupa

Urat malu pemimpin yang sudah tiada

Walau mereka dipanggil yang mulia

Mengapa zaman tak kunjung berubah?

Seru Faruk mengumbar marah

(Mona dari tadi duduk saja terdiam

Faruk itu seniornya yang pendiam

Namun sore itu Faruk merah padam

Ia meledak geram)

"Mereka berkomplot, berjemaah," ujar Faruk murka

"Merampok negara bersama

Kini mereka saling membela"

"Lihatlah peringai mereka

Merasa tak bersalah

Seolah culun dan bisa tertawa

Celakanya kita harus memanggilnya yang mulia"

"Ini kebusukan tanpa preseden

Berani mencatut nama presiden

mencatut nama wakil presiden

Ringan saja seperti penari sinden

(Mona tetap diam saja

Berdua duduk di beranda

Rapat aktivis baru saja reda

Kasus Papa minta saham menjadi agenda)

"Freeport hanya satu perkara

Di meja makan mereka, terhidang kue Indonesia

Mereka potong dan berbagi sesukanya

Dan berak di atas kepala kita"

(Mona tetap duduk tenang

Dibiarkannya seniornya mengerang

Faruk aktivis idealis

Kini mulai pesimis)

"Mereka ingin beli jet pribadi

Main golf acap kali

Sambil mereka berhappy-happy

Rileks sekali itu rencana korupsi"

"Mona, ujar Faruk meringis

Aku akan pensiun jadi aktivis

Hidup yang idealis

Membuatku seperti pengemis

Politik Indonesia membuatku pesimis"

(Mona kembali diam saja

Penuh kasih ia peluk seniornya

Ia memeluk luka yang menganga

Aktivis tua yang penuh kecewa)

Mona masih mahasiswi

Ia cinta ini ibu pertiwi

Berbeda dengan Faruk seniornya

Mona masih optimis dengan Indonesia

Bagi Mona yang baru tumbuh

Kasus "Papa Minta Saham" segera berlalu

Masa depan Indonesia masih beribu

Tak ada yang salah dengan reformasi

Tak ada yang salah dengan demokrasi

Justru karena ada kebebasan

Justru karena ada keterbukaan

Korupsi semakin dibuka

Ada KPK

Ada media

Sudah ada 343 kepala daerah menjadi tersangka

Sebagian sudah dipenjara

Ada menteri di sana

Ada ketua umum partai di sana

Bahkan ada ketua MK di sana

Keadilan memang belum sempurna

Tapi sistem mulai bekerja

Para pejuang akan selalu lahir

Keberanian akan selalu hadir

Sekali lagi Faruk dipeluknya

Sambil lirih berkata

Singkat saja

Namun membuat Faruk terperangah

"Bang, jangan patah

Jangan sampai preman mengalahkan kita"

8 Des 2015

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement