Senin 27 Jun 2011 20:10 WIB

Kuliah Itu Mahal!

Red: Johar Arif
Ilustrasi
Ilustrasi

Bagi sekelompok orang, memperoleh pendidikan pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dianggap cukup. Namun bagi beberapa kelompok lain, memperoleh pendidikan yang lebih tinggi merupakan hal yang wajib. Bagi mereka, pendidikan adalah hal yang penting dan merupakan salah satu pondasi untuk membangun kehidupan yang lebih baik. Dengan pendidikan yang tinggi, diharapkan mereka memperoleh pengetahuan serta wawasan yang luas sehingga mampu berkompetisi dan bersaing di tingkat nasional maupun internasional.

Kuliah itu mahal! Ungkapan tersebut memang benar dan memang nyata, yang pernah diungkapkan oleh salah satu orang tua siswa kelas 3 di sebuah SMA Negeri di Kabupaten Indramayu. Selain itu, dia menambahkan bahwa selain biayanya mahal, kuliah juga tidak bisa menjamin pekerjaan, “Sudah ngeluarin duit banyak, tetapi setelah lulus, nganggur juga, percuma kuliah, sampai SMA saja sudah cukup”.

Sangat ironis memang, pernyataan tersebut ternyata masih melekat erat dan menjadi alasan kuat, mengapa sebagian besar masyarakat yang tinggal di pedesaan atau pelosok daerah hanya menyekolahkan anak-anaknya sampai pada jenjang SMA saja, tidak jarang mereka pun terkadang hanya bersekolah sampai pada jenjang SMP saja.

Berbeda dengan pendapat masyarakat yang tinggal di perkotaan yang mayoritas penduduknya menyadari, betapa pentingnya memperoleh pendidikan yang lebih tinggi. Mereka berlomba-lomba dan berkompetisi untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak-anaknya, salah satunya dengan memberikan jam tambahan belajar atau mengikuti les pada lembaga-lembaga penyedia jasa tertentu. Seperti yang pernah dikatakan oleh salah satu teman orang tua saya yang saat itu kebetulan sedang berkunjung ke rumah saya di kampung. “Tidak bosan-bosannya saya memberikan dukungan dan motivasi kepada anak saya, untuk belajar dan berlatih, supaya kelak nanti dia lulus SMA bisa diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN), supaya tingkat pendidikanya tida sama dengan ayahnya” papar salah satu teman ayah saya saat itu.