Kamis 12 Mar 2015 05:00 WIB

Tradisi Politisi

Red: M Akbar
Cinta pria dan wanita/ilustrasi
Foto: veronikalove.com
Cinta pria dan wanita/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Widdi Aswindi

Menikmati waktu bersama orang-orang tercinta selalu saja menyisipkan sebuah kesadaran tentang arti cinta. Dari cerita teman, terbetik jelas bahwa orang-orang yang kita cintai itu akan kita harapkan untuk selalu bersama. Tak alpa, kita akan selalu juga mengharapkan mereka dalam keadaan baik dan sejahtera.

Senang kita, tentunya menjadi kesenangan mereka juga. Sulit mereka, kiranya akan menjadi sulit buat kita juga.

Cerita teman tadi memberikan fakta yang lain ketika membingkainya dalam politik. Politik itu sering kali berbeda. Seorang teman bercerita sore tadi, di dalam politik, yang kalah selalu akan diremehkan. Tak ketinggalan, yang kalah bakal dinihilkan, ditiadakan bahkan sering dimusnahkan begitu saja. Sungguh menyedihkan.

Sebaliknya bagi yang menang, mereka sering terlupa. Mereka seperti alpa bahwa dunia akan selalu berputar. Tak selamanya di atas ataupun di bawah. Bahkan hal semacam itu kerap dipertontonkan melalui tindakan para ikon-ikon atau tokoh-tokohnya. Lalu yang membikin hati kian tergerus, tak sedikit dari mereka yang kemudian diberi gelar negarawan atau guru bangsa.

Itulah tradisi di politik. Tak mengherankan situasi seperti itu telah membuat banyak pihak untuk sungkan berkecimpung ke dalamnya. Ada rasa jijik, bahkan berusaha menghindar dan menjauh. Dari sana dapat disadari jangan pernah mencari cinta yang tulus kepada mereka. Jangan pernah juga disandarkan cinta pada tukang dan pemain politik. Apa sebab? Karena mereka mencinta hanya untuk kepentingan tertentu saja. Ah, begitu pragmatisnya cinta di mata mereka.

Bersyukurlah kalau malam ini kita pulang dari tempat kerja menuju rumah tempat berlabuhnya cinta dan bahagia kita. Lupakanlah sejenak semua keriuhan dan tekanan yang ada sedari pagi. Mari kita ajak semua yang di rumah untuk menikmati wajah sumringah dan teladan kita.

Sadarilah, yang di rumah itu akan selalu setia memberikan yang terbaik bagi kita. Lalu tak lupa juga untuk bersyukur, sampai kini saya masih tak mau dan tak tertarik untuk menjadi bagian yang 'sok kuasa'.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement