Ekspedisi LIPI ke Pulau Sumba
Kenikmatan dalam Secangkir Kopi
Oleh: Oscar Efendy, Peneliti LIPI
=============
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah melakukan ekspedisi ke Pulau Sumba pada bulan April sampai dengan Mei 2016. Dalam ekspedisi ke Pulau Sumba tahun ini, LIPI menugaskan 33 orang peneliti dari lintas satuan kerja yang terdiri Pusat Penelitian Biologi (Bidang Botani, Bidang Zoologi, Bidang Mikrobiologi), Kebun Raya (Kebun Raya Bogor dan Kebun Raya Cibodas), Pusat Penelitian Biomaterial, Pusat Penelitian Masyarakat dan Budaya. Turut serta dalam ekspedisi ini adalah Tim dari Pustekkom (Kemendikbud) yang membuat video ajar tentang ilmu pengetahuan, khususnya biologi dengan nara sumber para peneliti ketika sedang di lapangan.
Tanah berkapur Sumba ternyata subur di beberapa tempat. Masyarakat mengolah lahan subur tersebut menjadi perkebunan tahunan, salah satunya adalah kopi. Salah satu hasil bumi yang terdapat pada masyarakat yang tinggal di Pegunungan Wanggameti adalah kopi. Aroma dan rasa kopi yang dihasilkan dari kawasan ini berbeda. Kopi dari Pegunungan Wanggameti berwarna lebih hitam pekat, beraroma harum, dan rasanya tajam dan kuat.
Kopi adalah salah satu suguhan khas yang diberikan oleh masyarakat untuk tamu yang bertandang ke rumahnya. Hampir setiap rumah memiliki persediaan kopi yang berasal dari kebun atau halaman depan rumahnya. Kopi yang sudah matang dijemur, disangrai, dan langsung ditumbuk. Cara-cara tradisional dalam memanen kopi menciptakan nuansa tersendiri bagi penikmat kopi. Sajian kopi akan berbeda antara perkampungan dan kota. Masyarakat yang tinggal di kota umumnya mencampur bubuk kopi dengan jahe. Harum kopi dan wangi jahe menyeruak menusuk hidung ketika kopi disuguhkan,
Penghormatan bagi tamu juga ditunjukkan oleh masyarakat melalui suguhan happa. Yaitu sirih, pinang, dan kapur yang ditempatkan pada wadah kecil. Biasanya, happa juga menjadi isyarat kondisi ekonomi suatu keluarga. Jika suguhan happa hanya ada sirih atau hanya pinang atau bahkan tidak ada apa-apanya maka keluarga tersebut sedang tidak ada uang. Tamu langsung paham terhadap situasi itu.
Balasan kesopanan yang ditunjukkan oleh tamu adalah dengan mengeluarkan happa yang dibawa. Jika tidak nyirih, walaupun sangat jarang, maka tamu hanya menyentuh happa yang disuguhkan oleh tuan rumah. Lalu, tuan rumahpun akan memberikan tawaran meminum kopi. Itulah saat-saat yang tepat dan sering saya tunggu. Menikmati kopi Ramuk, salah satu kopi terbaik Indonesia di tempat asalnya.
Fasilitas untuk Pelancong Muslim di Kota Waingapu tidak masalah, banyak masjid dan mushala yang bisa digunakan. Hotel-hotelpun sudah ramah dengan wisatawan muslim. Hanya saja, untuk daerah-daerah pedalaman agak sulit. Tidak ada masjid atau mushollah. Walaupun demikian, penduduk sudah mengenal baik Islam dan karakternya. Untuk itu, disarankan agar membawa perlengkapan shalat.