Senin 19 Dec 2016 09:02 WIB
Ekspedisi LIPI ke Pulau Sumba

Antara Majapahit, Sumba, dan Ayam Jantan Merah

Fathi Royyani.
Foto: Istimewa
Fathi Royyani.

Ekspedisi LIPI ke Pulau Sumba

Antara Majapahit, Sumba, dan Ayam Jantan Merah 

Oleh: M Fathi Royyani, Peneliti LIPI

=============

 

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah melakukan ekspedisi ke Pulau Sumba pada bulan April sampai dengan Mei 2016. Dalam ekspedisi ke Pulau Sumba tahun ini, LIPI menugaskan 33 orang peneliti dari lintas satuan kerja yang terdiri Pusat Penelitian Biologi (Bidang Botani, Bidang Zoologi, Bidang Mikrobiologi), Kebun Raya (Kebun Raya Bogor dan Kebun Raya Cibodas), Pusat Penelitian Biomaterial, Pusat Penelitian Masyarakat dan Budaya. Turut serta dalam ekspedisi ini adalah Tim dari Pustekkom (Kemendikbud) yang membuat video ajar tentang ilmu pengetahuan, khususnya biologi dengan nara sumber para peneliti ketika sedang di lapangan.

Sumba memang selalu memikat, dilihat dari sudut manapun. Jauh maupun dekat.  Seksama maupun selintas. Gundukan-gundukan tanah yang berbalut hijau rumput jalin menjalin satu dengan lainnya bak hamparan permadani. Siapa pun yang melihatnya pasti ingin memeluknya dan tak mau melepaskan. Di antara gundukan tanah yang berbukit, kuda-kuda Sumba yang digembalakan secara liar bertengger menghiasi puncak atau lereng bukit-bukit savannah. Seolah menjadi titik temu antara langit dan bumi, laut dan darat. 

Banyak orang mengira keindahan Sumba adalah padang savannah yang memang tiada tara. Tetapi, jauh lebih ke pedalaman Sumba akan dijumpai pemandangan yang tidak kalah eksotiknya. Pegunungan dan hutan di Sumba menyajikan panorama keajaiban suatu ciptaan. Di antara kerontang, pohon-pohon besar perkasa yang tinggi menjulang berlomba menggapai langit menciptakan keteduhan. Air dari sungai-sungai kecil mengalir dan berpencar menelusup ke inti bumi untuk memberikan kehidupan makhluk yang ada di atas bumi. Hutan dan pepohonan juga ditemukan di hampir setiap cerukan atau cekungan yang memisahkan satu bukit dengan bukit lainnya.

Terkadang juga di antara padang Savanna akan terlihat batu megalit yang berdiri dengan gagah, walau ada juga yang berserakan di tanah. Tetapi bukan sebagai noktah melainkan sebagai mahkota. 

Yap, masyarakat Sumba memang sebagian masih menpraktekkan tradisi megalit. Yakni mengubur orang yang meninggal dengan menggunakan batu. Dari mencari batu, menemukan batu, membawa batu, sampai batu selesai dinaikkan menjadi atas kuburan selalu dihiasi dengan proses upacara tradisi. Ada banyak artikel yang menyamakan dengan tradisi masyarakat Toraja. Namun yang pasti keindahan tradisi yang dimiliki oleh Sumba tidak saja dalam prosesi pemakaman, tetapi hampir tiap denyut nadi kehidupan adalah manarik. Dari bercocok tanam, panen, mencari ikan, atau sekedar mengajarkan kuda peliharaannya untuk berlari kencang.

Perilaku masyarakat adalah cerminan dari relasi manusia dari alam. Baik berilaku dari masyarakat yang menampilkan spiritualitas, keindahan seni suara atau lukis, gerak tari dan kidung nyanyian, maupun peliharaan ternak. Relasi antara manusia dan alam dibangun sejak lama yang jejaknya-jejaknya masih dapat dibaca walau dengan mengeja terlebih dulu. Hubungan antara manusia dan alam juga menyiratkan asal muasal keberadaan suatu masyarakat.

Salah satunya bisa dikenali dari keberadaan ayam hutan dan ayam kampung. Berdasarkan penelitian di hutan-hutan yang ada di Sumba maupun di padang savanna-nya yang dilakukan oleh Hidayat Ashari yang selalu dijumpai adalah ayam hutan hijau (Gallus varius) dan tidak diketemukan adanya ayam hutan merah (Gallus gallus). Penelitian dan pengamatan lapangan yang dilakukan oleh Hidayat selaras dengan laporan-laporan penelitian terdahulu yang mengatakan adanya ayam hutan hijau.

Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat menjadi perkara aneh jika dikaitkan dengan banyaknya ayam jantan merah yang menjadi salah satu hewan peliharaan yang ada di rumah-rumah penduduk, baik yang ada di kota maupun di kampung-kampung pedalaman. Bahkah ayam jantan merah menjadi salah satu simbol yang bertengger di batu kubur megalit kaum bangsawannya.

Dengan fenomena seperti itu, Hidayat berasumsi bahwa ayam jantan merah adalah hewan yang dikenalkan oleh masyarakat luar pada masyarakat Sumba. Bukan melalui proses domestikasi oleh masyarakat Sumba. Kuat dugaan ayam jantan merah yang ada di Sumba berasal dari Jawa dan dibawa pada masa Majapahit. 

Asumsi Hidayat bukan tanpa landasan. Berdasarkan penelitian melalui DNA dari ribuan ayam kampung yang ada di Indonesia dan Asia, diketahui bahwa simpul atau pusat DNA dari seluruh ayam kampung yang ada di Indonesia, bahkan Asia berasal dari Jawa. Hasil penelitian terhadap DNA ayam kampung yang menghantarkan Hidayat meraih gelar Master pada salah satu Universitas terkemuka di China.

Khusus untuk kasus Sumba, asumsi yang dibangun Hidayat terkait keberadaan ayam kampung dan jejak Majapahit di Sumba selaras dengan cerita-cerita rakyat yang ada di Sumba, terutama terkait dengan asal-usul. Sebagian besar kabihu atau keluarga besar yang ada di Sumba meyakini bahwa nenek moyangnya berasal dari keturunan Gajah Mada. 

Keturunan Gajah Mada berarti dua macam. Pertama berarti memang asli keturunan secara genetik karena Gajah Mada menikah dengan orang Sumba, dan berarti juga berasal dari pasukan Gajah Mada yang ditempatkan di Sumba dan berkembang. Terlepas dari benar tidaknya keyakinan masyarakat yang jelas klaim mereka sebagai keturunan Gajah Mada bukannya tanpa alasan. Dalam catatan sejarah, Pulau Sumba memang menjadi bagian dari Kerajaan Majapahit. 

Selain dari klaim keturunan, jejak Majapahit yang ada di Sumba juga bisa dilihat dari keyakinan mereka. Merapu, yaitu keyakinan lama yang masih dianut oleh orang Sumba banyak memiliki kesamaan dengan Bali atau Jawa Kuno. Sama seperti keyakinan tradisional lainnya yang tersebar di pelosok negeri, keyakinan Merapu menyeleraskan kehidupan dan membaur dengan energe semesta, dalam bahasa lainnya disebut dengan Agama Kapitayan, yaitu pandangan dan pedoman hidup berdasarkan sirkulasi energi atau kekuatan alam, yang tentunya bermuara pada kekuatan Tuhan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement