Kamis 23 Feb 2017 00:10 WIB

The True Face of Amerika

Imam Shamsi Ali memimpin aksi 'I Am Muslim Too' di New York, Ahad (20/2).
Foto: Istimewa
Imam Shamsi Ali memimpin aksi 'I Am Muslim Too' di New York, Ahad (20/2).

REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh: Imam Shamsi Ali *)

"This is what America looks like".

Itulah penggalang kata-kata saya pada pidato pembukaan rally 'Today I am a Muslim too' (hari ini saya juga Muslim). Betapa tidak, rally yang saya berani menyatakan sebagai "an historic" (bersejarah) itu dilakukan di jantung Kota New York. Kota yang sering dijuluki sebagai 'capitol of the world' (ibukota dunia).

Bersejarah karena diinisiasi oleh tiga pelaku 'hubungan antaragama'. Saya sendiri sebagai Imam yang memang sejak dua dekade terakhir telah mendedikasikan hidup membangun relasi dan kerja sama yang baik dengan semua masyarakat agama dan non agama di Amerika. Rabbi Marc Schneier adalah seorang pemimpin Yahudi yang dalam 10 tahun terakhir mendedikasikan dirinya membangun hubungan antara Yahudi dan Muslim. Sementara Russell Simmons adalah raja hiphop dan seorang tokoh di komunitas Hollywood yang berpengaruh dan sangat aktif dalam membela hak-hak sipil masyarakat yang termarjinalkan.

Selain itu, bersejarah karena rally tesebut berhasil menghadirkan puluhan minimal 7.000 peserta, mayoritas non Muslim dengan slogal 'hari ini saya juga adalah seorang Muslim'. Lebih seratusan pimpinan agama dari berbagai latar belakang, pemerintah New York termasuk Wali Kota New York dan beberapa tokoh Hollywood seperti Susan Sarandom, aktris dan produser yang masyhur.

Menakjubkan bagi sebagian karena kami mempersiapkan acara akbar itu dalam waktu kurang dari 10 hari. Begitu kami maklumkan sejak awal lebih 100-an ikut melibatkan diri baik sebagai co sponsors maupun sebagai supporting organizations. Sejujurnya, kami merasa seolah Allah menurunkan tentara langit membantu dalam proses ini.

Demikian pula peserta membludak di luar perkiraan kami. Tentu terima kasih ke perintis facebook, twitter, instagram, maupun social media oulet lainnya.

Inisiatif non Muslim

Rally hari Ahad (19/2) kemarin itu, sesungguhnya adalah rally kedua yang dilakukan di Kota New York dengan tema yang sama. Rally pertama dilakukan di 2011 lalu sebagai respons terhadap rencana Kongres Amerika mengadakan dengar pendapat tentang radikalisasi Muslim Amerika. Saat itu kita merasa tema dengar pendapat (hearing) itu sangat bias dan diskriminatif terhadap komunitas Muslim Amerika.

Peristiwa di atas itulah yang mendorong Rabi Schneier, presiden Foundation for Ethnic Understanding dan Russell Simmons, yang lebih dikenal di dunia sebagai pebisnis dan sekaligus raja hiphop Amerika, mendatangi saya dan menawarkan protes atau rally dengan tema 'hari ini saya juga Muslim'.

Saat itu, kami juga menerima tawaran itu. Ribuan non-Muslim ke luar ke Time Square dan menyatakan protes terhadap rencana dengar pendapat itu, sekaligus menyatakan dukungan kepada komunitas Muslim dengan tema 'hari ini saya juga Muslim' (Today I am a Muslim too).

Kini dengan terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika, dan diluarkannya kebijakan pelarangan bagi pendatang Muslim dari tujuh negara mayoritas Muslim, teman-teman non Muslim kembali menawarkan hal sama. Tentu, bagi saya, ini adalah peluang besar untuk mengambil manfaat dan mengail solidaritas dari semangat (spirit) mereka saat ini.

Oleh karenanya, rally yang dilakukan Ahad (19/2) kemarin itu dipersiapkan hampir sepenuhnya oleh teman-teman non Muslim. Betapa tidak mencengangkan. Di saat diluncurkan pengumpulan dana yang diperlukan, sekitar 50 ribu dolar Amerika lewat online, hanya dalam waktu 3 jam terkumpul lebih 30 ribu dollar Amerika.

Pesan-pesan rally

Melihat tema 'Today I am a Muslim too' memastikan bahwa pesan utama dari rally itu adalah bahwa komunitas agama-agama di Amerika, bahkan mereka yang merasa tidak berafiliasi dengan agama apapun, menyatakan tekad membela komunitas Muslim. 'Hari ini saya juga Muslim' berarti apapun yang terjadi kepada komunitas Muslim juga terjadi kepada komunitas lainnya.

Hampir semua pembicara menekankan pentingnya menegakkan konstitusi dan nilai-nilai Ameria (American values) dalam kebijakan pemerintahan. Bahwa ketidakadilan kepada sebuah kelompok adalah juga ketidak adilan kepada semua orang. Bahwa keadilan dianggap tidak ada di saat masih ada pihak-pihak yang teraniaya.

Saya sendiri dalam pidato pembukaan sebagai pimpinan pelaksana menyampaikan tiga hal. Pertama, bahwa rally ini bukan sekedar ditujukan untuk membela komunitas Muslim. Tapi, sesungguhnya membela Amerika dari kemungkinan terjatuh ke dalam lobang yang berbahaya.

Betapa tidak, Amerika yang dibanggakan bukan karena kekuatan militer, kemajuan ekonomi, atau kehebatan sistim pendidikannya saja. Tapi yang terpenting dari semua itu adalah karena nilai-nilai tinggi yang dijunjungnya. Kebebasan dan keadilan untuk semua (justice for all) adalah bagian dari nilai-nilai itu. Tapi melihat gelagat kebijakan pemerintahan federal Amerika saat ini, menimbulkan kekhawatiran jika nilai-nilai itu sedang terancam (undermined).

Kedua, bahwa komunitas Muslim Amerika adalah bagian integral dari masyarakat Amerika. Muslim Amerika adalah juga warga Amerika yang menjalani hidupnya sebagaimana warga Amerika lainnya. Dan oleh karenanya upaya marjinalisasi kepada komunitas Muslim sesungguhnya juga adalah marjinalisasi masyarakat Amerika.

Lebih khusus lagi bahwa komunitas Muslim, khususnya imigran, selalu dianggap lambang dalam melakukan integrasi ke dalam masyarakt mainstream Amerika. Walaupun kritikan ini salah alamat karena kenyataannya masyarakat Muslim Amerika adalah warga dengan integrasi tercepat di dunia barat. Bandingkan, misalnya, dengan Muslim di Prancis. Kini dengan sikap pemerintahan federal Amerika yang tidak bersahabat itu justeru menjadi "kendala" bagi proses integrasi itu.

Ketiga, rally itu sesungguhnya adalah perayaan (celebration) yang membanggakan. Bahwa dengan rally itu Amerika masih membuktikan apa Amerika yang sesungguhnya. Bahwa Amerika adalah wajah demokrasi. Bahwa kekuasaan itu ada di tangan rakyat (people), sebagaimana amanat konstitusi "We people".

Oleh karenanya, ketika saudara-saudara non Muslim dengan segala afiliasi keyakinan dan ras membentuk kebersamaan itu, maka itu adalah perayaan yang membahagiakan. Perayaan keragaman, kebersamaan, kebebasan, dan tentenya secara khusus tolerasi dan hubungan antar pemeluk agama.

Sehingga, pada sejatinya saya menyimpulkan bahwa rally ini adalah "wajah Amerika yang sesungguhnya" (True face of Amerika). Itulah wajah yang saya kenal. Dan itu pula Amerika yang dikenal oleh banyak orang yang masih berusaha untuk datang ke negara ini.

Bayangkan dan tentu menyedihkan jika semua itu terkubur oleh kebijakan pemerintahnya sendiri. Maka, dengan sendirinya rally ini bagi kami adalah bentuk patriotisme kepada negara ini.

New York, 21 Februari 2017

* Presiden Nusantara Foundation & Koordinator rally Today I am a Muslim too.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement