REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Teuku Zulkhairi *)
Melihat foto Sandiaga Uno yang minum dengan tangan kanan, dan juga duduk meski tidak ada kursi dan dimana orang di sekelilingnya sedang berdiri, saya melihat ini sebagai sebuah keteladanan tingkat tinggi sedang ditunjukkan oleh pemimpin warga DKI Jakarta. Faktanya, tidak banyak pemimpin yang bisa tunjukkan keteladanan sampai hal yang (seolah) kecil semacam ini. Kita justru sering melihat seorang pemimpin minum dan makan sambil berdiri dan tidak jarang juga dengan tangan kiri, sesuatu yang bertolak belakang dengan ajaran Islam.
Minum dengan tangan kanan dan sambil duduk sangat ditekankan oleh Rasulullah SAW lewat sabdanya: “Wahai anak, sebutlah nama Allah, dan makanlah dengan tangan kananmu, serta makanlah yang ada di hadapanmu.” (HR. Bukhari). Juga hadis berikutnya yang berbunyi: “Jika seseorang di antara kalian makan, maka hendaknya dia makan dengan tangan kanannya. Jika minum maka hendaknya juga minum dengan tangan kanannya, karena setan makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya pula.” (HR. Muslim).
Dan bukan hanya sebuah anjuran, tapi juga kita bisa menyimak bagaimana konsekuensi saat anjuran untuk makan minum dengan tangan kana diabaikan secara sengaja dan sombong. “Ada seorang laki-laki makan di samping Rasulullah Saw dengan tangan kirinya. Lalu Rasulullah bersabda, ‘Makanlah dengan tangan kananmu!’ Dia malah menjawab, ‘Aku tidak bisa.’ Beliau bersabda, ‘Benarkah kamu tidak bisa?' Dia menolaknya karena sombong. Setelah itu tangannya tidak bisa sampai ke mulutnya.” (HR. Muslim).
Dan sepertinya Sandiaga Uno memahami perkara ini secara meyakinkan. Mungkin tidak banyak yang melihat keteladanan mulia ini, sehingga tentu saja dapat kita pastikan bahwa Sandi tidak sedang lakukan pencitraan untuk hal prinsipil seperti ini.
Sebelum ini, kita juga sudah mendengar bagaimana Sandiaga Uno yang tidak lama setelah dilantik sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta ini, telah membuat suara azan berdengung di semua "bilik-bilik" Balai Kota DKI Jakarta, setelah beberapa tahun terakhir diliputi oleh kata-kata kotor dari gubernur sebelumnya yang diputuskan pengadilan telah melakukan penistaan agama.
Oleh sebab itu, dapat disaimpulkan bahwa sepertinya Sandiaga Uno sedang menjelma sebagai "cahaya" dari ibukota untuk Indonesia. Menyirami kegersangan warga negeri dari menyaksikan pemimpin ibukota yang pantas diteladani. Bagaimanapun, sebagai ibukota negara, pemimpin DKI Jakarta akan terus dalam “amatan” seluruh penduduk republik ini di berbagai wilayah.
Dan hal yang menakjubkan, Sandiaga sebelumnya juga telah berkomitmen untuk tidak akan ambil gaji selama ia menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta. Sandiaga memutuskan untuk menyerahkan gajinya selama ia menjabat sebagai Wakil Gubernur kepada lembaga Ziswaf untuk disalurkan kepada faqir dan yatim. Ini spektakuler. Seperti mimpi. Ini anugerah. Kita bukan bahagia karena Sandiaga tidak mengambil gajinya, akan tetapi bahagia menemukan pemimpin yang tulus dan jujur dalam membangun negerinya.
Dulu, sempat kita dengar keteladanan serupa ditunjukkan oleh seorang pemimpin muslim di luar negeri, yaitu Dr Muhammad Mursi Alhafizh, Presiden Mesir yang dipilih oleh mayoritas rakyatnya sebelum kemudian Militer atas “dukungan Barat dan Israel mengkudetanya". Kabar shahih, Mursi juga tidak ambil gaji selama ia sebagai Presiden. Kembali ke soal Sandiaga Uno, tekadnya untuk tidak ambil gaji selama menjadi Wagub DKI Jakarta membuktikan bahwa ia benar-benar hadir membawa solusi dan keteladanan, ia tulis untuk membangun Ibukota agar layak dibanggakan seluruh penduduk Republik ini.
Juga menunjukkan bahwa Sandiaga Uno udah pasti tidak akan pernah korupsi selama menemani Anies Baswedan memimpin DKI Jakarta. Bagaimana dia mau korupsi sementara gajinya saja yang merupakan hak dia, tapi tidak akan dia ambil?.
Di balik kegembiraan ini, saya punya firasat, para mafia pasti tidak suka pemimpin jujur dan tulus seperti ini. Akan banyak prahara gangguan dari para mafia selama ia memimpin. Pasti. Namun, kita yakin bahwa apa yang terjadi pada Mursi di Mesir tidak akan terjadi pada Sandiaga Uno dan juga Anies Baswedan. Sebab, alhamdulillah dan Insya Allah umat Islam Indonesia terus menunjukkan geliat persatuannya, termasuk untuk membela setiap pemimpinnya.
Dan terakhir, kita berharap semakin banyak pemimpin di level apapun di republik ini untuk mengikuti jejak Sandiaga. Termasuk dalam komitmen untuk menunaikan janji politiknya. Anies Baswedan dan Sandiaga Uno di masa berkampanye berjanji akan menutup Reklamasi, dan ternyata setelah terpilih mereka komitmen atas janjinya.
Kalau di pesantren dulu, kita diajarkan bahwa tidak menapati janji adalah tipikal kaum munafik. Dan siapapun punya tipikal ini pasti akan gagal dalam memimpin, sebab kalau ia suka ingkar janji, maka pasti ia sedang takut pada Zat Pencipta Alam Semesta, tidak takut pada siksaan Malaikat di alam kubur dimana janji itu adalah hutang.
Maka, Sandiaga Uno dan juga Anies tentu saja, telah bisa disebut sebagai pemimpin yang tidak termasuk dalam tipikal tersebut. Pemimpin yang mau menepati janji, maka ia bukan saja akan berhasil dalam membangun negerinya, insya Allah, namun juga Allah SWT akan meridhai setiap langkah pengabdiannya untuk negeri.
Teruskan perjuangan Pak Sandiaga Uno! Allah, Rasul dan orang-orang beriman akan bersamamu, Insya Allah. Wallahu a’lam bishshawab.
*) Mahasiswa Program Doktor Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Banda Aceh.