Jumat 08 Dec 2017 08:13 WIB

Konsep Ketetanggaan Nabawi dan Ekonomi Kerakyatan

Belanja di warung kelontong.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Belanja di warung kelontong.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Ida Fauziyah, Ketua Lembaga Kemaslahatan Keluarga Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LKKPBNU)

M Hatta pernah membuat tesis Sistem Ekonomi Kerakyatan. Beliau menyampaikan, ekonomi negara akan kuat kalau rakyat menjadi fokus dalam sistem ekonomi nasional. Manifestasinya adalah kerjasama dalam bentuk koperasi. Dengan panduan praktis dalam hadis hidup bertetangga, kami ingin menyampaikan sub-tesis dari tesis wakil presiden pertama RI itu. Konsep itu kami sebut Sistem Ekonomi Ketetanggaan.

Konsep ini bermula dari belanja malam tetangga belakang rumah berupa beras 1 liter dan mi instan. Dalam banyak hari, hal serupa itu berulang. Sebagai pegawai yang juga membuka warung kecil, kami sampai pada dugaan dua komoditi itu adalah makan malam keluarga tersebut dan sedang mengalami masa sulit.

Maka pada hari gajian, kami mengirimkan sekantong beras dengan alasan bonus berbelanja. Peristiwa itu menjadi legitimasi bahwa perniagaan antar tetangga mempunyai dimensi lebih dari sekadar perhitungan untung-rugi.

Di kampung-kampung daerah satelit kota, keberadaan warung kelontong skala RT adalah sebuah keumuman. Warung-warung ini hanya mampu menyediakan kebutuhan pokok tertentu dan dalam jumlah terbatas. Komoditi yang laku adalah rokok, beras, gula, minyak, mi instan, kerupuk, keperluan mandi, obat masuk angin, dan jajanan anak-anak.

Pembelian pun terbatas hanya 1 item. Lebih dari itu adalah bonus pembelian, misalnya karena yang disuruh berbelanja adalah anak-anak dan bonus itu adalah upah menutupi rasa malu orang tua bertemu dengan tetangga. Warung ini juga tidak akan tumbuh besar karena hanya mampu melayani klaster 40-an rumah.

Mengapa pembelian di warung skala RT terbatas? Di daerah satelit orang lebih suka berbelanja ke supermarket yang berdasar iklan harga per itemnya lebih murah.

Di samping itu tersedia bonus berupa hiburan window shopping, antre, dan kesesuaian dengan perencanaan bulanan. Masih ada bonus tambahan yakni membelinya tidak perlu menggunakan uang kontan dan boleh menggunakan gaji bulan yang akan datang.

Lalu apa kelebihan warung skala RT? Ada. Tiap malam, warung ini jadi tempat berkumpul para tetangga yang sudah pensiun dan tidak mempunyai tanggung jawab berat sehingga bisa tidur larut malam.

Kami senang mendapat kunjungan semi rutin tapi mendadak seperti ini. Kami juga yakin Rasul senang melihat kami menyediakan teh untuk para tamu. Suguhan yang mungkin dalam hitungan ekonomi akan mengurangi volume penjualan.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement