REPUBLIKA.CO.ID,Loe jual, gue beli. Ungkapan ini begitu terkenal di Jakarta, menggambarkan nyali besar orang Betawi terhadap setiap tantangan yang datang. Kini, saling angkat nyali telah jauh melebar, melibatkan pengusaha dan buruh. Keduanya saling tebar ancaman dan tantangan, yang tentu lebih bernuansa negatif terhadap kehidupan berbangsa.
Buruh terus memperjuangkan segala kepentingannya mulai dari standar hidup layak, upah besar, kepastian kerja, hingga kesejahteraan yang lebih baik. Demonstrasi mencari jalan pintas untuk bernegosiasi dengan pengusaha dan pemerintah. Mogok kerja juga hadir sebagai pilihan para buruh agar semua keinginan mereka bisa terwujud.
Tak tahan ditekan buruh dari segala penjuru, pengusaha pun mulai angkat tangan. Mereka seperti tak bisa berharap banyak lagi atas lembaga tripartit (pengusaha, buruh, dan pemerintah). Mediasi dilakukan, tetapi buruh tetap mogok dan dalam beberapa kasus memaksa buruh lain ikut mogok.
Ancaman buruh pun dijawab ancaman lagi oleh pengusaha: mogok industri! Jika terwujud, ini berarti segala kegiatan produksi berhenti, tak ada barang diproduksi, buruh menganggur, dan tak ada pendapatan, upah, hingga keuntungan. Jika benar demikian, kiamat kecil akan mendatangi negeri ini.
Kondisi ini jelas memprihatinkan kita semua. Belum lama Presiden SBY mendatangi Bursa Efek New York, AS, untuk mengundang para investor menanamkan modalnya di Indonesia. Presiden juga, pekan lalu, meminta para investor Inggris tak sungkan-sungkan masuk ke Indonesia, mendorong bergairahnya investasi langsung.
Rasanya, setiap upaya menarik perhatian investor asing masuk ke Indonesia akan berakhir sia-sia jika kita kaitkan dengan persoalan perburuhan di dalam negeri. Pemerintah seperti tidak memiliki taji kuat untuk membereskan persoalan klasik antara buruh dan pengusaha. Bertahun-tahun masalah-masalah itu terus memanas dan bertumpuk, yang pada akhirnya bakal meledak.
Pengusaha properti ternama Amerika Serikat, Donald Trump, terang-terangan bicara, jika Anda ingin mengajak investor masuk ke negara Anda maka bereskan dulu masalah perburuhan. Jika hubungan industrial antara buruh, pengusaha, dan pemerintah tidak beres, sudah pasti investor tidak akan berani masuk.
Kita jelas menolak segala tindakan berbau mogok yang berdampak langsung terhadap perekonomian nasional. Pengusaha harus lebih dewasa lagi untuk tidak mudah mengeluarkan ancaman menghentikan aktivitas industri, sementara buruh pun harus melihat kondisi lebih umum lagi.
Win win solution adalah jalan keluar paling memungkinkan. Yang namanya jalan keluar, tentu tidak serta-merta bisa memenuhi segala keinginan satu pihak atau kedua pihak, misalnya, buruh dan pengusaha. Ada sisi pahit dan manis dari keputusan yang saling menguntungkan itu, yang harus diterima secara ikhlas.
Buruh tidak boleh memaksakan kehendaknya 100 persen dipenuhi. Percuma ada lembaga tripartit dan negosiasi jika buruh keras kepala seperti itu. Pengusaha juga kita harapkan lebih fleksibel dalam memenuhi kebutuhan buruh-buruh mereka, daripada membuat ancaman mogok industri yang berbahaya bagi kita semua.
Tentu, Presiden dan Wakil Presiden tidak bisa tinggal diam melihat masalah ini terus berlarut-larut tanpa akhir. Yang terpenting, jangan keluar lagi semangat loe jual, gue beli dalam hubungan buruh dan pengusaha.