Senin 18 Feb 2013 06:26 WIB

Menjaga Kewarasan

Pelatih timnas Indonesia, Nil Maizar (tengah), memberikan intruksi kepada para pemainnya.
Foto: Antara/Prasetyo Utomo
Pelatih timnas Indonesia, Nil Maizar (tengah), memberikan intruksi kepada para pemainnya.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Fernan Rahadi

Bagi fans AC Milan (Milanisti), kedatangan Mario Balotelli ke San Siro tentunya menjadi sebuah kegembiraan yang luar biasa. Kualitas pemain keturunan Ghana berusia 22 tahun itu sudah tak diragukan lagi. Tak percaya? Silakan tanya ke para fans Manchester City atau fans Inter Milan mengenai kehebatan bomber timnas Italia yang satu ini.

 

Tidak hanya soal kualitas, kedatangan Balotelli ke Milan juga ibarat secercah cahaya, terutama jika melihat performa I Rossoneri yang seolah diliputi awan mendung belakangan ini.

Tak seperti musim-musim sebelumnya, di awal musim klub milik Silvio Berlusconi itu tak mampu bersaing di papan atas Liga Serie A Italia. Bahkan mereka sempat terpuruk di posisi ke-17.

Pengaruh kehadiran Balotelli sejauh ini terbukti karena Milan kemudian tak terkalahkan di tiga pertandingan terakhirnya. 'Si Anak Hilang' pun seakan unjuk taring dengan mencetak empat gol dalam tiga pertandingan tersebut.

Milan, yang sudah sejak pertengahan musim ini perlahan-lahan bangkit, semakin mendekati pemuncak klasemen sementara, Juventus.

Akan tetapi, semua Milanisti pastinya menyadari bahwa menjuarai Serie A musim ini bukan merupakan target yang realistis. Saat ini Il Diavolo Rosso masih terpaut 11 poin dengan Juventus. Hanya mukjizat jika Juventus bisa terus-menerus terpeleset seperti saat melawan AS Roma di Olimpico akhir pekan lalu.

Oleh karena itulah tidak ada satu pun orang di kota Milan yang mau berbicara mengenai Scudetto (juara Serie A). Sang pelatih Massimiliano Allegri pun telah jauh-jauh hari mengatakan bahwa target realistis timnya musim ini adalah cukup lolos ke Liga Champions musim depan.

Hanya orang yang tak waras saja yang akan mengatakan Milan akan meraih Scudetto ke-19 nya musim ini.

Jika diibaratkan dengan peristiwa yang serupa di dalam negeri, maka sikap Milanisti layak ditiru oleh para petinggi PSSI yang baru-baru ini mengeluarkan kebijakan-kebijakan kontroversial. Yang pertama, saat PSSI melalui sang ketua umum Djohar Arifin Husin tiba-tiba mengumumkan seorang pelatih baru bernama Luis Manuel Blanco.

Tidak hanya terkesan 'tidak waras', keputusan tersebut bisa dibilang sebagai keputusan 'gila' mengingat peristiwa itu hanya terjadi sehari setelah timnas yang dilatih Nil Maizar, dengan skuat pas-pasan, mampu bermain brilian melawan Irak di kandangnya, meskipun hasilnya kalah 0-1.

Bukan hanya karena pengumuman tersebut terkesan sangat tiba-tiba, namun yang diproyeksikan untuk menggantikan Nil, yang bisa dikatakan lumayan sukses di Piala AFF 2012, adalah pelatih antah-berantah. Anda hanya akan menemukan track record Blanco sebagai pelatih klub-klub kecil di Argentina.

Belum cukup dikagetkan dengan nama Blanco, para pencinta sepak bola di tanah air kemudian dikejutkan dengan kebijakan lainnya bernama Badan Tim Nasional (BTN). Seolah-olah merupakan program yang telah disiapkan sejak jauh-jauh hari, BTN langsung melakukan pemanggilan pemain untuk partai melawan Arab Saudi di lanjutan Pra-Piala Asia 2015 yang akan berlangsung Maret nanti di Indonesia.

Para pemain pun bingung, karena di saat yang sama komite eksekutif PSSI, yang ingin mempertahankan Nil sebagai pelatih, juga melakukan pemanggilan. Bahkan, mereka meminta para pemain yang dipanggil mengabaikan pemanggilan BTN. Isu perpecahan di tubuh PSSI pun menyeruak.

Sepak bola adalah permainan di dalam lapangan. Yang terjadi di Indonesia adalah terlalu banyak 'permainan' di luar lapangan. Setelah Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI) dengan berbagai intrik politiknya, kini muncul nama Blanco yang katanya merupakan buah lobi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada pemerintah Argentina.

Presiden Milan, Silvio Berlusconi sudah lama tidak memanfaatkan Milan sebagai kendaraan politiknya, dan lebih mempercayakan klub peraih tujuh gelar Liga Champions itu kepada asistennya, Adriano Galliani. Pembelian Balotelli pada bursa transfer Januari lalu adalah berkat tangan dingin Galliani, yang sudah lama dijuluki The Transfer Guru (ahlinya urusan transfer pemain).

Galliani tahu persis Balotelli merupakan aset bagi masa depan Milan, meskipun sangat menyadari 'Si Anak Hilang' tidak akan membawa Milan merengkuh Scudetto musim ini. PSSI? Seharusnya mereka meniru Milan dengan menjaga kewarasannya dan tidak dulu bermimpi muluk-muluk.

@fernanrahadi

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement