REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Wartawan Republika, Febrianto Adi Saputro
Ibarat harimau yang bangun dari tidurnya, setelah sekian lama bungkam, auman nyaringnya kini kembali terdengar. Ialah Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Lama tak muncul namanya di pemberitaan media, kini ia kembali menarik perhatian masyarakat melalui pernyataannya yang kontroversial.
Rasanya tidak berlebihan jika julukkan 'Harimau' tersebut disematkan kepada pria yang pernah menjabat sebagai Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus) tersebut. Tidak jarang 'auman' demi 'auman' dari 'sang harimau' memekakan telinga yang mendengarnya.
Pernyataannya di atas podium beberapa hari belakangan ini kerap dilontarkan cukup keras. Bunyinya selalu senada, target sasarannya hanya satu, yaitu para elite.
Prabowo memang tidak pernah secara gamblang membeberkan siapa elite yang dimaksud, bahkan dalam penjelasannya ia tidak menyebut siapa elite yang ia maksud bodoh dan bermental maling tersebut.
"Apa arti elite? Elite artinya unsur-unsur pimpinan, lapisan pimpinan orang yang paling terdidik di bangsa itu. Dan saya akui saya bagian dari elite tentara. Karena saya sampai pangkat jendral," ungkap Prabowo di Hotel Bumi Wiyata, Depok, Ahad (1/4).
Menurut Prabowo, penyebab bangsa Indonesia mengalami ketimpangan sosial dan kesejangan ekonomi adalah para elite yang pandai menipu rakyat. Tidak tanggung-tanggung, Prabowo juga menuding elite-elite khususnya elite Jakarta serakah, tukang tipu, dan tidak setia kepada rakyat.
"Jangan-jangan karena elite kita yang goblok, atau menurut saya campuran. Sudah serakah, mental maling, hatinya beku, tidak setia pada rakyat. Mereka hanya ingin kaya," kata Prabowo di Cikampek, Sabtu (31/3) lalu.
Sebelumnya, pernyataan Prabowoyang berdasarkan novel berjudul "Ghost Fleet" karangan Peter Warren Singer dan August Cole tersebut jugacukup menyita perhatian masyarakat baik di dunia nyata maupun di dunia maya.
Warganet pun ramai-ramai merisak pernyataan yang keluar dari mulut Prabowo tersebut, pasalnya Prabowo mengungkapkan di dalam novel tersebut kondisi Indonesia diramalkan tahun 2030 akan bubar. Bahkan pihak istana pun mengatakan pidato Prabowo tersebut tidak berdasar.
Pernyataan Prabowo silih berganti memunculkan reaksi. Bahkan terkait pernyataan mengenai elite tersebut, Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Gerindra, Andre Rosiade menilai seharusnya tidak perlu ada pihak yang kebakaran jenggot atas pernyataan Prabowo tersebut.
"Yang disampaikan Pak Prabowo untuk mengkritik itu (masalah kemiskinan), sehingga ini menjadi kesadaran untuk bangsa kita, lalu supaya elite yang berkuasa sekarang sadar. Jadi imbauan kepada masyarakat maupun kepada elite. Nggak usah kebakaran jenggot," katanya.
Andre juga membantah jika pernyataan demi pernyataan yang diucapkan Prabowo tersebut semata-mata hanya untuk menaikkan elektabilitas Prabowo jelang pemilihan presiden (pilpres) 2019 mendatang. Seperti diketahui Prabowo masih dijagokan kembali oleh para pendukung setianya untuk maju sebagai capres 2019. Meskipun hingga saat ini dirinya belum secara tegas mendeklarasikan diri.
"Bukan (untuk menaikan elektabilitas), namun dalam rangka Pak Prabowo menyadarkan kita. Bahwa bagaimana kan beliau mengkritik kesenjangan ekonomi yang diakibatkan elite kita rakus," jelasnya.
Hal senada juga disampaikan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon. Ia menyebut sudah waktunya Prabowo keluar 'sarang', setelah selama 3,5 tahun lebih Prabowo lebih banyak diam dan memberikan kesempatan kepada pemerintah untuk bekerja.
"Sekarang saya kira sudah waktunya untuk sampaikan apa adanya demi kemasalahatan umat bangsa rakyat, seluruh masyarakat," ungkapnya.
Sementara itu rekannya di di DPR, Fahri Hamzah juga menilai pernyataan Prabowo bukan bagian mencari popularitas. Pasalnya Prabowo saat ini dinilai sudah terlalu populer.
"Dia nggak perlu lagi mengejar popularitas, dia sekarang ini mengejar konten," ujar Wakil Ketua DPR tersebut di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (2/4).
Kritk demi kritik untuk para elite memang semakin gencar dilakukan oleh Prabowo. Lalu pertanyaanya, kenapa baru sekarang, jenderal?