Jumat 24 Aug 2012 07:15 WIB

Parpol Islam

Azyumardi Azra
Foto: Republika/Daan
Azyumardi Azra

REPUBLIKA.CO.ID,Oleh Azyumardi Azra

Parpol Islam ternyata belum juga menjanjikan. Sebaliknya, menurut sejumlah survei, parpol Islam akan mengalami kemerosotan perolehan suara dalam Pemilu 2014 nanti. Kemerosotan memang bukan hanya bakal dialami parpol-parpol Islam, tetapi juga partai yang beberapa pimpinan dan elitenya terkait kasus korupsi semacam Partai Demokrat.

Jika ada parpol yang diprediksi mengalami peningkatan suara maka itu bukan parpol Islam, tetapi mungkin partai semacam Partai Golkar dan PDIP. Walaupun belakangan ini sebagian kalangan -- termasuk pimpinan partai--meragukan hasil dan kredibilitas lembaga survei, bagai manapun prediksi itu dapat setidaknya indikatif.

Karena itu, hasil-hasil survei tersebut tidak bisa dikesampingkan begitu saja, apalagi jika hampir seragam mengisyaratkan kecenderungan yang sama. Prediksi bahwa parpol Islam bakal mengalami kemerosotan peroleh suara dalam segi tertentu tidak terlalu mengagetkan. Sejak Pemilu masa pascaSoeharto (1999, 2004, dan 2009), parpol Islam selalu gagal mendapatkan suara signifikan. Pemenang dalam ketiga Pemilu itu adalah partai tidak berbasis agama (non-religious based parties), seperti PDI-P, PG, dan PD.

Tetapi pada segi lain, kemungkinan merosotnya perolehan suara parpol Islam boleh jadi mencengangkan. Karena parpol Islam jumlahnya kian terbatas, seharusnya perolehan suaranya meningkat.

Di antara parpol-par pol yang memiliki wakil di DPR RI sekarang, hanya ada dua parpol berbasis agama (religious-based parties), yaitu PKS dan PPP. Selebihnya adalah partai tidak berbasis agama, khususnya PKB dan PAN, yang merupakan partai yang dapat disebut sebagai "Muslim-based parties", berbasis kaum Muslimin. PKB sangat terkait dengan NU sedangkan PAN pernah cukup dekat dengan Muhammadiyah.

Prediksi kemerosotan parpol Islam bisa mencengangkan pula jika dilihat dari meningkatnya kedekatan kepada Islam di kalangan kaum Muslimin Indonesia. Berbagai gejala sosial-keagamaan menunjukkan terus terjadinya penguatan orientasi kepada Islam, tetapi ternyata tidak dalam hal politik.  Meski banyak pemilih Muslim sangat setia kepada Islam, ketika sampai pada Pemilu mereka tidak memberikan suaranya kepada parpol-parpol Islam, tetapi kepada parpol-parpol tidak berbasis agama. Peningkatan kesetiaan kepada Islam tidak berbanding lurus dengan performa parpol Islam dalam Pemilu.

Bagaimanapun, bagi sebagian kalangan politisi Muslim, kartu Islam tetap potensial untuk di tonjolkan dalam politik, termasuk dalam Pemilu 2014. Karena itu, sangat boleh jadi parpol Islam yang menjadi peserta Pemilu datang bukan hanya PKS dan PPP, tetapi juga parpol Islam lain yang lolos dalam verifikasi KPU. Dengan begitu, kontestasi di antara parpol-parpol Islam sendiri dan sekaligus dengan parpol-parpol tidak berbasis agama bakal menguat pula meski peluang memperoleh peningkatan suara secara signifikan tetap kecil seperti terlihat dari hasil survei-survei tersebut.

Mengapa peluang parpol Islam untuk meningkatkan perolehan suara dalam Pemilu 2014 tetap kecil--untuk tidak mengatakan merosot? Banyak faktor penyebabnya, terutama terkait dengan parpol-parpol Islam itu sendiri.

Pertama, para pemilih umumnya tidak melihat distingsi yang khas dari parpol-parpol Islam. Dari berbagai segi, khususnya dalam perilaku politik, tidak terlihat kekhasan nyata parpol-parpol Islam. Mereka tidak berbeda banyak dengan parpol-parpol tidak berbasis agama.

Kedua, parpol-parpol Islam tidak menam pilkan integritas dan karakter yang kuat. Sebaliknya, mereka masuk ke dalam persekutuan politik lewat berbagai koalisi yang tidak selalu berorientasi pada kepentingan publik. Persekutuan politik itu lebih untuk mengamankan status quo kekuasaan dengan mengorbankan kepentingan masyarakat.

Ketiga, parpol-parpol Islam dalam banyak kasus lebih menempuh politik pragmatis dan bahkan oportunistis daripada politik idealistis untuk tidak mengatakan politik ideologis. Baik dalam pertarungan politik di tingkat nasional maupun daerah--seperti tercermin dalam pemilukada--parpol-parpol Islam lebih mendahulukan kepentingan pragmatis tersebut dengan mengorbankan integritas diri dan partai.

Sering terlihat adanya inkonsistensi dan kesenjangan di antara idealisme politik dengan perilaku politik terkait pertarungan kekuasaan. Selain ketiga faktor tersebut, masih bisa ditambah lagi beberapa faktor lain semacam kelemahan kepemimpinan, ketiadaan figur menonjol, program kerja yang tidak jelas, dan kekurangan pendanaan. Semua faktor ini memberikan kontribusi bagi kelemahan internal parpol- parpol Islam sehingga pada gilirannya membuat mereka tidak menarik di mata banyak pemilih.

Masa kurang dari dua tahun menjelang Pemilu 2014 jelas terlalu singkat bagi parpol-parpol Islam untuk bisa mengatasi berbagai faktor tadi. Sangat banyak yang harus dilakukan jika parpol-parpol Islam ingin membuktikan kekeliruan hasil-hasil survei. Di atas semua itu, parpol-parpol Islam harus berusaha ekstra keras untuk menghapuskan skeptisisme para pemilih terhadap mereka.

sumber : resonansi
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement