Selasa 07 Jan 2025 12:12 WIB

Mengapa Umar Memecat Khalid bin Walid?

Khalifah Umar menginstruksikan Khalid agar meletakkan jabatan panglima perang.

Rep: Muhyiddin/ Red: Hasanul Rizqa
Sahabat Nabi (Ilustrasi)
Foto: Dok Republika.co.id
Sahabat Nabi (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam sejarah Islam, khalifah Umar bin Khattab pernah memecat panglima perang umat Islam yang dijuluki Rasulullah SAW sebagai “Pedang Allah.” Sosok yang dimaksud ialah Khalid bin Walid.

Padahal, Khalid adalah seorang panglima perang yang brilian. Ia bahkan tidak pernah terkalahkan di setiap pertempuran yang dipimpinnya. Berbagai jihad yang dilakukannya pun turut memuluskan jalan bagi ekspansi daulah Islam, termasuk pada era kekhalifahan Umar bin Khattab.

Baca Juga

Lantas, mengapa Khalifah Umar memecat sang "Pedang Allah" itu?

Dalam buku Kuliah Tauhid karya Imaduddin Abdulrahim, dijelaskan bahwa pada saat Khalid bin Walid sedang menyusun strategi untuk mengempur Byzantium atau Romawi Timur, datanglah surat perintah kepadanya. Isi surat itu adalah instruksi Umar bin Khattab agar Khalid menyerahkan jabatannya kepada Abdullah bin Ubaid.

Namun, Khalid yang sedang memimpin rapat tidak langsung membacakan surat perintah dari Khalifah Umar itu. Sebab, dirinya memperhitungkan, apabila menyerahkan jabatan tersebut saat rapat untuk penentuan strategi menyerang Byzantium berlangsung, maka akan terjadi kekacauan di tengah pasukan Muslimin.

Karena itu, ia menyelesaikan rapat itu terlebih dahulu. Setelah usul-usulnya diterima dan menjelaskan cara menyerang Byzanitum, baru-lah Khalid menyerahkan jabatannya sebagai panglima perang kepada Abdullah bin Ubaid.

Setelah mundur dari jabatannya, Khalid kembali ke Madinah untuk melapor kepada Khalifah Umat bahwa perintahnya sudah dilaksanakan. Setelah itu, Khalid meminta penjelasan lebih jauh kepada sahabat Nabi yang berjulukan al-Faruq itu terkait pemecatan dirinya. Khawatirnya, ia telah berbuat kekeliuran selama memimpin perang.

Khalid memang mempunyai kelemahan di bidang tata administrasi dan pembukuan. Kendati demikian, Khalid sendiri meyakini bahwa tidak pernah keliru dalam perhitungan-perhitungan keuangan dari dana perjuangan itu.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Namun, Umar menegaskan bahwa masalahnya bukan karena itu. “Itu soal yang bisa dimaafkan,” kata Umar menjelaskan kepada Khalid. “Tetapi sebagai khalifah aku bertanggung jawab atas akidah umat. Engkau adalah pahlawan perkasa yang tak dapat dikalahkan di setiap medan pertempuran.

Namun, akibatnya rakyat mulai menyanyikan lagu pujian untukmu, dan tidak lagi memuji dan memuja Allah semata. Aku khawatir mereka menjadi syirik. Sebagai penanggung jawab aku harus membuktikan kepada seluruh umat, bahwa semata sebagai hamba Allah aku mampu memecat Khalid bin Walid sebagai panglima perang yang masyhur,” jelas Umar panjang lebar.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement