Sabtu 01 Nov 2014 06:00 WIB

Sumpah Pemuda dan Bola Indonesia

Asma Nadia
Foto: Republika/Daan
Asma Nadia

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Asma Nadia

Bukan harapan semu jika bangsa Indonesia menaruh harapan agar tim sepak bola U-19 bisa sampai ke jenjang tertinggi Piala Dunia U-20. Harapan ini tentu saja beralasan karena kesebelasan yang dilakoni pemuda Indonesia ini sudah pernah mengukir sejarah dengan meraih juara AFF U-19 tahun 2013.

Tidak hanya mencapai juara, asuhan Indra Sjafri ini bahkan berhasil memecah kebuntuan prestasi Indonesia di ajang sepak bola. Puasa gelar selama lebih dari 22 tahun bagi Indonesia telah diakhiri Evan Dimas dan kawan-kawan.

Sayangnya, kenyataan berbicara lain. Tim U-19 harus bertekuk lutut dalam babak kualifikasi tanpa memperoleh kemenangan sekali pun. Hilang sudah harapan Indonesia? Tidak, Indonesia tidak hilang harapan. Tanah Air tercinta masih punya banyak kesempatan.

Timnas U-19 mungkin tidak berhasil menembus U-20 tahun depan, tetapi masih ada banyak kompetisi lain yang bisa mereka lakoni. Selain itu tak terhitung generasi muda yang meniti karier dan ingin berprestasi juga seperti mereka.

Potensi anak muda di Indonesia begitu banyak. Masalahnya seberapa kita memberi jalan bagi mereka?

Saya teringat ketika Juventus datang ke Indonesia. Tidak main-main, tim juara Seri A Italia tersebut mendatangkan pemain-pemain super sekelas Pirlo, Buffon, dan lain-lain yang sudah malang melintang di dunia sepak bola internasional.

Kalau ada yang kemudian saya sayangkan atas kedatangan mereka adalah mengapa bukan U-19 yang diturunkan untuk menghadapi? Jika bukan timnas senior, U-19 adalah lawan paling tepat untuk kepentingan masa depan sepak bola di Tanah Air.

Alih alih mereka, justru saat itu orang asing yang bermain di Indonesia yang mendapat kesempatan emas bertanding melawan Juventus. Ketika gawang Buffon dijebol dalam waktu teramat singkat, sejarah tersebut tidak diukir bangsa Indonesia melainkan pemain asing yang sedang bermain di Indonesia.

Sayang sekali, peluang sedemikian berharga sebagian justru diberikan kepada pihak asing. Padahal anak bangsa begitu dahaga atas kesempatan serupa. Bermain dengan tim papan atas Eropa jelas merupakan pengalaman langka.

Karena itu saya sangat mengerti ketika sang pelatih membawa U-19 ke Spanyol. Hanya saja di sana mereka tidak bisa bertemu pemain senior kelas A, hanya kelas B atau bahkan C, sebab memang sangat sulit untuk bisa bertanding dengan tim kelas A di Eropa.

Kejadian ini kembali mengantarkan saya pada penyesalan, sekali lagi, mengapa kedatangan Juventus tidak diberikan pada timnas atau U-19 atau setidaknya untuk anak bangsa.

Sementara menilik ke belakang, pemuda Indonesia adalah bangsa yang mempunyai darah kepeloporan. Sumpah Pemuda, misalnya, dicanangkan oleh pemuda di Tanah Air yang usianya tidak jauh berbeda dengan para pemain U-19. Usia para penyelenggara Sumpah Pemuda ketika itu bervariasi antara 19 hingga 30 tahunan.

Bahkan buku "Gara-Gara Indonesia" karya Agung Pribadi mengungkapkan, salah satu peserta kongres dari Jong Sulawesi, Johanna Tumbuan, masih berusia 18 tahun ketika mengikuti. Sama dengan usia rata-rata anggota timnas U-19, generasi muda yang punya semangat mengharumkan nama bangsa. Mereka sudah membuktikan dan masih punya kesempatan lagi untuk membuktikan. Di bawah U-19 masih banyak remaja dan anak-anak yang juga ingin mengharumkan nama Indonesia melalui sepak bola.

Tidak berhenti di sepak bola, sebagian anak muda berjuang mengharumkan nama bangsa di Asian Games yang baru saja berlalu. Beberapa keping medali emas berhasil dibawa pulang, juga perak dan perunggu.

Prestasi yang sangat membanggakan, tapi tidak disambut antusias segenap bangsa. Tidak ada antusiasme ketika mereka pulang, tidak ada sambutan gegap gempita, tidak banyak pemberitaan. Seolah tidak ada bedanya mereka pulang dengan menyabet emas atau tanpa apa-apa. Miris.

Seharusnya seluruh lapisan memberi apresiasi yang pantas bagi perjuangan anak-anak muda di Tanah Air. Juga membuka sebanyak-banyaknya kesempatan atas berbagai peluang yang ada. Prestasi yang menurun bisa jadi merupakan teguran untuk bangsa.

Tugas segenap pihak di Tanah Air untuk terus memberi dukungan penuh atas segala usaha dan jerih payah pemuda kita demi menjadikan Indonesia bercahaya, hingga mereka tahu mereka tak sendiri berjuang.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement