REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Imam Shamsi Ali *)
Berlokasi di sebuah kota kecil yang indah, dikelilingi oleh bukit-bukit dan danau yang cantik, pondok pesantren Nur Inka Nusantara Madani akan menjadi atraksi turis (tourist attraction) tersendiri. Berbeda dengan kota New York misalnya, di mana penduduknya sangat didominasi oleh imigran. Kota Moodus masih menampilkan wajah perkampungan Amerika masa lalu.
Oleh karenanya, di masa depan pesantren ini boleh jadi akan menjadi atraksi turis tersendiri, baik lokal maupun global. Para pelancong dari luar negeri, termasuk Indonesia, dapat menjadikan pesantren sebagai salah satu destinasi kunjungan. Demikian pula bagi warga lokal (Amerika) tentu pesantren ini akan menjadi daya tarik tersendiri.
Oleh karenanya, pada bagian lalu, disebutkan rencana mendirikan gedung-gedung pesantren yang bercirikan Nusantara. Tentu menggambarkan keramahan, termasuk ramah lingkungan, dengan bentuk khas kedaerahan di Nusantara.
Tujuan ini minimal untuk dua hal: pertama, untuk mengenalkan Indonesia yang memang memerlukan usaha yang lebih proaktif. Kedua, untuk mengenalkan jika Indonesia itu identik dengan Islam yang diimpikan oleh dunia. Yaitu Islam yang tersenyum, merangkul dan kerjasama. Ini sekaligus menjawab stigma yang berkembang di barat jika Islam itu adalah agama orang-orang Arab (semata).
Pendanaan dan izin
Tidak disangkal bahwa dalam proses ini ada dua tantangan terbesar yang dihadapi; pendanaan dan perizinan. Sejak saya terpikir mendirikan pesantren di Amerika saya berniat untuk melakukan penggalangan dana terbesar dari Indonesia. Ada teman-teman bertanya, kenapa Indonesia?
Jawabannya adalah karena saya ingin dunia melihat bahwa Indonesia itu adalah negara yang mampu, termasuk berada di garda terdepan dalam mengembangkan dakwah Islam yang sesungguhnya. Saya ingin menjadikan pesantren ini menjadi bagian dari catatan sejarah bangsa ini.
Berbicara tentang pendanaan ini sudah pasti cukup pelik dan besar. Pelik karena orang selalu melihat Amerika sebagai negara kaya dan maju. Sehingga, ketika penggalangan dana dilakukan dari Indonesia untuk sebuah proyek di Amerika ada yang bertanya apa tidak terbalik?
Jawabannya tidak. Di Amerika agama tidak diurus oleh negara. Oleh karenanya, proyek keagamaan seperti pesantren ini, tidak ada sangkut pautnya dengan kemajuan negara Amerika. Semua urusan agama, Islam khususnya, diurus oleh komunitas Muslim sendiri. Sementara komunitas Muslim relatif baru dan masing-masing punya proyek di lokalitasnya.
Itulah sebabnya proyek pesantren ini saya kembalikan kepada bangsa Indonesia. Tentu karena saya merasa ini bukan proyek saya, tapi proyek bangsa Indonesia secara menyeluruh. Insya Allah jika bangsa ini melihatnya sebagai proyek kebanggannya maka sangatlah mudah untuk menyelesaikannya.
Alhamdulillah sejak mulai digulirkan rencana ini, bangsa Indonesia, dari kalangan rakyat kecil hingga ke tingkatan pemerintahan menyambutnya dengan penuh antusias. Tinggal kita buktikan bahwa di mana ada kemauan di situ ada jalannya.
Jumlah dana yang diperlukan memang tidak kecil. Selain karena memang ukurannya Amerika, juga rencana pembangunan pondok ini boleh dikata cukup ambisius. Jumlah persisnya akan disampaikan setelah pembuatan “master plan” diselesaikan oleh arsitektur yang membantu dalam perencanaan.
Sementara masalah perizinan tentu kita telah mengukur dengan ragam pertimbangan. Kuasa hukum (lawyer) kami telah memulai prosesnya, dari pendaftaran entitas yayasan di negara bagian Connecticut, mempelajari kode pembangunan, hingga persyaratan-persyaratan yang diperlukan dalam membuka sebuah yayasan pendidikan di Connecticut.
Sekali lagi, Amerika adalah negara yang menjadikan hukum sebagai acuan dalam segala hal. Dan secara hukum dan konstitusi, beragama termasuk pendirian institusi keagamaan, dijamin oleh konstitusi. Tantangannya memang adalah ada pada kesiapan kita memenuhi semua yang dituntut dalam proses pembangunannya. Dan untuk maksud tersebut arsitektur dan lawyer akan melakukan koordinasi secara dekat.
Renovasi gedung yang ada
Sebagaimana pernah disampaikan bahwa di lokasi ini sudah ada beberapa gedung yang masih layak pakai. Hanya saja memerlukan pembersihan dan renovasi karena pernah dipakai sebagai peternakan ayam. Dan karenanya, memerlukan kerja-kerja besar untuk renovasi, yang boleh jadi memerlukan biaya yang signifikan.
Harapannya, jika proses renovasi berjalan lancar, di lokasi ini pada bulan Juli-Agustus mendatang sudah ada kegiatan yang dilakukan. Barangkali dimulai semacam Summer boarding school selama liburan musim panas.
Untuk empat bulan ke depan ada beberapa hal yang akan dilakukan: Pertama, membersihkan lokasi yang sudah tidak terpakai sejak tahun 2012 lalu.
Kedua, renovasi atau perbaikan tiga gedung, sebuah rumah (asrama), sebuah gedung sekolah (kelas-kelas), dan sebuah gedung untuk shalat berjamaah (hall).
Ketiga, perbaikan fasilitas olah raga. Sebuah lapangan bola, lapangan basket, dan sebuah kolam renang. Keempat, perbaikan daerah parkiran. Kelima, menata jalan-jalan yang ada di dalam lokasi.
Untuk lima rencana kerja di atas tentu memerlukan juga izin dan pendanaan. Izin akan mulai diproses bulan Februari ini. Sementara pendanaan terus akan digulirkan hingga Allah menentukan semuanya. Untuk itu kami doa dan dukungan semua pihak!
Lalu bagaimana dengan rencana pembangunan jangka panjang? (Bersambung).
* Presiden Nusantara Foundation