Sabtu 10 Aug 2019 08:23 WIB

Ada Apa Sih Dengan Cap dan Tanda Di Setiap Tenda Jamaah?

Cap dan tanda di setiap tenda jamaah ternyata sarana kontrol layanan haji.

Cap berupa tulisan dan angka pada tenda haji resmi.
Foto: Arsyad Hidayat
Cap berupa tulisan dan angka pada tenda haji resmi.

Oleh: Aryad Hidayat MA, Petugas Pelayanan Ibadah Haji 2019 dan Kepala Daerah Kerja (Kadaker) Bandara di Arab Saudi.

Melakukan wukuf di Arafah memang selalu berkesan. Bahkan sebagai petugas haji setiap kali melayani jamaah melakukan prosesi puncak haji di wiayah Armina (Arafah, Muddzalifah, dan Mina) ada hal-hal sepele yang menarik perhatian. Hal ini selalu baru setiap tahun.

Salah satu hal itu adalah munculnya semacam cap bertuliskan huruf & angka-angka yang sederhana di setiap empat sisi tenda jamaah. Hal ini selintas hal sepele dan tak diperhatikan, bahkan mungkin "diacuhkan" oleh sebagian besar jamaah. Namun di balik itu sebenarnya ada manfaat balik besar yang sebenarnya dirasakan oleh para jamaah haji yang berangkat pada tahun 2019 ini.

Jadi apa gunanya cap tulisan dan angka yang ada pada setiap tenda itu? Jawabnya ternyata tanda-tanda itu merupakan sarana kontrol bagi pemerintah Saudi Arabia bahwa tenda di situ adalah tenda yang didiami jamaah haji resmi. Atau dengan kata lain, tenda-tenda tersebut bukan tenda-tenda yang kemasukan/dimasuki jamaah haji tanpa izin atau "tamu-tamu gelap".

Keterangan foto tidak tersedia.

Tanda dan cara memberikan cap pada setiap tenda jamaah ternyata sangat ampuh untuk melakukan 'kuality kontrol' layanan kepada para jamaah. Ini karena setiap tahun kedatangan 'jamaah haji' tak berizin memang terus saja selalu membuat pusing pemerintah Arab Saudi yang pada periode 'Armina' menjadi penangungjawab utama pelayanan. Sebab, lazimnya saat itu banyak sekali ditemukan jamaah haji 'swadaya' baik dari warga Saudi sendiri atau mukimin lainnya yang ikut melakukan prosesi mutlak seseorang ketika melakukan ibadah haji. Ingat: "Haji itu melakukan wukuf di Arafah. Tanpa melakukan wukuf berarti seseorang tidak berhaji."

photo
Keterangan Gambar: Jamaah haji tahun 2019 tengah tidur dan beristirahat di dalam tenda. Mereka aman dan nyaman karena merupakan jamaah haji resmi.

Perlu diketahui pula, bagi pemerintah Saudi adanya tenda dan 'jamaah haji' gelap tersebut selalu menjadi permasalahan serius bagi pengaturan prosesi ibadah haji. Alhasil, keberadaan mereka pun dicegah habis-habisan. Misalnya, menyeleksi dan melakukan razia dengan ketat kepada siapa pun orangnya yang saat itu  akan masuk dan berada di kota Makkah. Tanpa izin atau tanpa igomah (KTP) resmi mereka akan ditangkap. Ingat bagi warganya, pemerintah Saudi juga menetapkan aturan soal pergi haji. Mereka menyatakan kalau ingin naik haji itu harus berizin danmelalui travel yang telah ditunjuk.

Semua soal ini sangat penting diketahui orang Indonesia, sebab dalam bayangannya orang Arab Saudi --apalagi warga/mukimin Makkah-- bisa setiap tahun naik haji. Ternyata tak benar. Mereka berhaji pun harus diatur. Tanpa ada izin berhaji, mereka juga akan ditangkap dan terkena razia seperti jamaah haji gelap lainnya. Para haji gelap bisa ditangkap di mana saja, baik di Masjidil Haram, di jalananan, di perumahan, atau sedang dalam kondisi apa pun. Razia jamaah gelap ini bukan hal baru dan kini semakin ketat.

Akibatnya, menjadi tak mengherankan bila seleksi orang yang akan masuk Makkah menjelang musim haji tidak main-main. Jalan-jalan tikus lewat perkampungan di Makkah telah diutup dan diawasi. Setiap orang akan diperiksa ijin tinggalnya tanpa kecuali. Razia dilakukan sewaktu-waktu ke rumah-rumah yang terindikasi menyimpan jamaah haji gelap. Petugas patroli bergerak ke mana saja. Bila ada pihak atau travel yang nakal, mereka terkena sanksi berat.

Dan bila ditemukan orang tak punya izin berhaji atau bukan warga Makkah, dia akan ditangkap.  Bila mereka merupakan 'jamaah haji/pendatang gelap' segera ditangkap dan dibawa ke 'tarhil' (tahanan). Bila mereka warga Arab Saudi akan tekena hukuman badan atau denda yang sangat mahal. Dan bila warga asing, maka nantinya setelah ditahan dalam beberapa lama, akan dideportasi ke negara asalnya dan dikenakan status cekal sebagai 'pendatang haram' dan selamanya tak bisa balik ke Arab Saudi.

Perlu diketahui, keberadaan jamaah haji tak berijin memang semenjak dahulu membuat suasana puncak haji di Armina semrawut. Kala itu tiba-tiba muncul aneka tenda secara sembarang. Tak hanya tempat kosong berupa pinggir ruas jalan atau tempat parkir, tenda-tenda (tempat tinggal sementara) itu muncul di atas perbukitan. Jamaah haji  gelap kerapkali ditemukan tidur dengan menggeletakan badan sembarang di mana-mana. Bila di Mina, mereka dahulu tampak tidur di atas bukit-bukit yang ada disekitarnya. Mereka susah diatur, terutama ketika hendak melempar jumrah.

Tak hanya suasana menjadi semrawut dan susah dikendalikan, akibat keberadaan jamaah ini juga membuat layanan haji tersendat. Belum lagi apabila diantara mereka ada yang punya masalah kesehatan akibat suasana selama Armina memang tak mudah dan sesak berjejalan. Para jamaah gelap saat itu seperti 'anak ayam' tanpa induk. Mereka hidup tersia-sia di sana. Lontang-lantung di tengah gurun pasir yang panas dan keras.

Keterangan foto tidak tersedia.

Maka untuk itulah upaya kontrol terhadap jamaah haji dilakukan. Dan tampaknya ke depan situasi kontrol ini semakin ketat. Sebab, kini di sela masa puncak haji, selalu saja ada kabar banyak orang ditangkapi karena merupakan jamaah haji gelap.

Akhrinya, selama anda jamaah haji resmi tak perlu khawatir. Malah bila anda merupakan jamaah haji resmi akan menerima layanan memadai. Selamat melakukan ibadah di Armina..!

Keterangan foto tidak tersedia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement