Kamis 19 Apr 2012 09:17 WIB

Mewawancarai Sang Pemandu Wisata Sejarah Maritim

Red: Miftahul Falah
AB. Lapian, Sang Pemandu Wisata Sejarah Maritim
Foto: AKAR
AB. Lapian, Sang Pemandu Wisata Sejarah Maritim

Dunia maritim memang memiliki ikatan kuat dengan dunia wisata dan budaya. Orang senang berkunjung ke pantai dan laut. Negara kita pun merupakan kepulauan yang di kelilingi laut. Hal ini membuat bangsa kita memiliki ragam kebudayaan bahari. Dan kebudayaan terbentuk dalam rentang sejarah. Oleh karena itu, menjadi penting kiranya melihat laut sebagai faktor utama pembangunan kebudayaan bangsa. Di titik inilah sosok Pak Adri, begitu AB. Lapian biasa disapa, sangat tepat untuk melabuhkan pelbagai tanya soal kemaritiman dan wisata. 

Sebagai ahli sejarah maritim Asia Tenggara, otoritasnya tak perlu diragukan lagi. Lewat karya-karyanya, beliau telah mendapat pengakuan dari banyak sejarawan. Sejarawan kondang Anthony Reid, misalnya, menyebut beliau telah mendemonstrasikan keahliannya sebagai sejarawan dengan sangat baik. Disertasi beliau, "Orang Laut, Bajak Laut, Raja Laut: Sejarah Kawasan Laut Sulawesi Abad XIX", membuka jalan bagi pengembangan kajian sejarah maritim di Indonesia dan Asia Tenggara yang tak bertepi. Berikut ini petikan wawancara kami (AKAR) dengan beliau pada 10 Oktober 2010.     

Kami ingin memulai dari hal-hal umum, bagaimana cara menjadi penulis sejarah yang baik dan menyajikan tulisan sejarah yang menarik?

Itu Saya tidak bisa memberi resepnya karena Saya cuma belajar sejarah. Belajar menulis, ya sedikit saja. Tapi, setiap sejarawan memang harus bisa mengisahkannya, jangan disimpan sendiri. Hanya saja, Saya mempunyai keuntungan langka. Sebelum Saya masuk sejarah, Saya bekerja sebagai wartawan Indonesian Observer yang memberikan latihan menulis yang terbaik. Sebelumnya, saat di AMS pun, Saya juga dilatih menulis. Yang terpenting, kita mesti tahu dengan siapa kita berbicara. Misalnya, saat menulis tugas atau makalah ilmiah, kita menghadapi dosen. Jangan menulis yang mudah. Sementara, ketika kita menulis untuk majalah anak-anak, kita berhadapan dengan anak-anak, ya gaya bahasanya jangan terlalu sulit.