REPUBLIKA.CO.ID, “Asam di gunung, garam di laut bertemu di belanga....”. Itulah pepatah yang melukiskan pertemuan para sahabat Odapus dan Lovi dengan para sahabat breast cancer. Mereka semua dipertemukan dengan kesamaan ketetapan Tuhan, manakala harus berjuang menghadapi ketidaknyamanan fisik dan kenyataan hidup yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.
Lupus dan cancer adalah dua penyakit yang berbeda. Tapi, hati para penyandangnya bisa langsung bertaut karena sama-sama bisa merasakan beratnya ujian yang datang mengadang. Meski yang diuji adalah fisiknya, namun pada hakikatnya yang diuji adalah jiwa-nya.
Tak hanya ikhtiar medis yang harus diupayakan untuk selamatkan sang jasad. Namun, yang juga harus diikhtiarkan adalah bagaimana sang jiwa bisa tetap sehat dan kebahagiaannya tak terampas.
Sentuhan lembut, dekapan hangat, curahan perhatian dan aura kasih sayang, menjadi obat jiwa, penawar aneka ketidaknyaman fisik yang kerap mendera. Sebut saja panas yang terasa di tubuh ini saat penyakit datang menyerang. Atau harus menjalani kemoterapi yang membuat rambut hitam panjang tergerai itu jatuh berserakan di lantai. Bahkan, kulit yang semula mulus menjadi gosong menghitam.
Belum lagi ketika anggota tubuh ini menjadi sulit tuk digerakkan dan tubuh menjadi lemas tak berdaya. Semua seolah dihempaskan dari ketinggian dan terpuruk masuk ke dasar bumi.
Adalah Dinda Nawangwulan, seorang survivor breast cancer yang terpanggil untuk berbagi keterampilan yang dimilikinya dalam merias wajah. Dinda ingin, para sahabatnya tetap bisa tampil ceria, bahkan disaat harus jalani terapi.
Bahkan, Dinda akan lebih berbahagia lagi, ketika sahabat seperjuangannya pun bisa miliki keterampilan yang sama dengan dirinya dan bisa memanfaatkannya untuk lebih mandiri serta percaya diri. “Tuhan pertemukan kami melalui ajang Tupperware She Can! 2013,” kata Ketua Syamsi Dhuha Foundation (SDF), Dian Syarief, dalam keterangannya kepada Republika, Kamis (13/11).
Kala itu, Dinda tampil cantik saat menerima penghargaan bagi para wanita inspiratif She Can! yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia dan berbagai bidang sosial yang ditekuninya. “Din, katanya kamu kaya BCL lho, dengan hiasan bunga putih yang tersemat di sanggulmu,” kata Dian padanya.
“Kapan dong Dinda bisa ngajarin para sahabat Odapus dan Lovi di Bandung?” ujar Dian lagi. Rupanya dialog itu bukan sekedar obrolan basa-basi, karena beberapa bulan kemudian, Dinda bersama para sahabatnya sesama survivor breast cancer sudah berada di basecamp SDF untuk berbagi, lengkap dengan ‘senjata perangnya’ berupa peralatan make up dan aneka kuas yang super lengkap plus kamera. Tak lupa Dinda pun menghadiahi Dian beberapa perangkat rias.
Ah! Betapa sebuah kebersamaan yang indah dan tak terlupakan. Walaupun tak banyak waktu yang bisa dihabiskan bersama, namun hati semua yang hadir siang hari itu bermekaran dan berwarna-warni. Sapuan aneka warna di wajah juga mewarnai hati kami semua.
Seolah pelangi hadir di depan mata.... kami syukuri setiap kesempatan yang Tuhan berikan untuk belajar apapun dari siapapun di sisa waktu hidup ini. Maskot ‘si Luppy’-pun segera berpindah tangan dan berada dalam dekapan Dinda diiringi nyanyian bersama “you are beautiful... beautiful... beautiful, kamu cantik cantik dari hatimu.... ".