REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Faktor yang paling utama dalam memicu terjadinya kecelakaan lalu lintas, khususnya di kalangan pengendara motor adalah kelalaian dan minimnya pemahaman akan etika berlalulintas. Menurut data Polri, 72 persen kecelakaan lalu lintas di jalanan menimpa para bikers. Dan sedikitnya tiga pemotor meninggal dunia setiap jam akibat kecelakaan.
Untuk dapat menekan angka kecelakaan serta juga membangun citra bikers yang positif, Unity Pitstop menggelar workshop dan kampanye tertib belalulintas bagi para komunitas motor se Provinsi Riau, Kepri, dan Sumatra Barat di Pekanbaru selama dua hari (12-13/8). Sebanyak seribu bikers lebih ngumpul dan mengikuti acara tersebut. Para pemotor ini juga menggelar deklarasi akbar Tertib Berlalu lintas serta bakti sosial dengan membersihkan bagunan besejarah yang menjadi kebanggaan masyarakat Riau.
Professional Safety Riding Trainer Joel D Mastana hadir untuk memberikan pengarahan kepada komunitas bikers dalam Safety Riding Workshop di Warung Wahid, Pekanbaru. Acara ini digelar sebagai pembuka rangkaian kegiatan Unity Pitstop Pekanbaru.
Sebagai langkah awal untuk membangun citra positif bikers dan menciptakan Riau, Sumbar dan Kepri Kondusif, Joel menjelaskan bahwa komunitas adalah wadah yang tepat untuk membangun budaya disiplin dalam berlalu-lintas. “Bersama dengan Unity Pitstop, saya berharap komunitas bikers menjadi bikers cerdas yang selalu ingat Kode Cowo ‘Jalan Jangan Lupa Pengaman’ agar bisa menjadi panutan bagi masyarakat dalam berkendara,” ujar Joel.
Saat berkendara, lanjut dia, ada tiga aspek penting yang harus diperhatikan, yaitu Search, Evaluate dan Execute. Pengendara motor harus selalu mencari (search) dan memperhatikan potensi-potensi risiko yang ada di jalan, selain itu mereka juga harus mengevaluasi (evaluate) kemungkinan dari masing-masing potensi risiko berdasarkan pergerakan kendaraan lain, dan yang terakhir adalah mengambil tindakan (execute) yang tepat untuk menghindari risiko tersebut.
Jika memang kecelakaan tidak dapat dihindari, setidaknya diri kita terlindungi dengan perangkat keselamatan berkendara yang tepat, terutama pada bagian kepala. “Perlindungan kepala seringkali dianggap tidak penting oleh sebagian pengendara, padahal 90 persen aktivitas kehidupan manusia dikontrol oleh otak," katanya. Untuk helm, sangat direkomendasikan yang full face dan memiliki kaca helm guna melindungi wajah dan mata dari terpaan angin, debu, kerikil dan terik panas matahari.
Salah satu peserta workshop, Surbakti, life member dari Kocac Rider Indonesia, membenarkan bahwa perlengkapan keselamatan berkendara seharusnya sudah tidak bisa ditawar lagi dan komunitas bikers harus mampu mensosialisasikannya. “Kegiatan Workshop Safety Riding Unity Pitstop ini sangat berguna bagi kami dan sejalan dengan aturan komunitas," kata dia.
Berkendara di manapun, bahkan di jalan–jalan kecil, lanjut dia, jangan pernah lupa menggunakan helm dan perangkat keselamatan lain. "Melalui kegiatan ini, kami semakin terpacu untuk menyebarkan pemahaman safety riding dan menunjukkan kepada masyarakat citra bikers yang positif,” kata Surbakti.