Senin 29 Jul 2013 21:05 WIB

Di Balik Keklasikan Sistem Al-Azhar

Bangunan Universitas Al Azhar Kairo Mesir
Foto: blogspot
Bangunan Universitas Al Azhar Kairo Mesir

REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO -- Al-Azhar adalah universitas yang dikenal luas di kalangan pelajar Muslim seluruh dunia. Bahkan pelajar non-Muslim pun banyak yang  mengenal  al-Azhar. Al-Azhar adalah universitas Islam tertua yang berada di Kairo, Mesir.

Berbeda dengan kebanyakan universitas lain yang sudah memberlakukan sistem modern dan canggih, al-Azhar al-Syarif hingga kini masih eksis dengan sistem klasiknya. Al-Azhar menerapkan sistem pendidikan dengan jenjang empat tahun. Tidak adanya absensi di semua tingkat kuliah layaknya universitas-universitas lain, kecuali beberapa tingkat saja. Mahasiswa di sini begitu bebas dalam perkuliahan, hal ini memang terlihat rancu dan kurang kondusifnya sistem pembelajaran di al-Azhar.

Kendati demikian, ada filosofi yang harus kita tahu di balik sistem klasik al-Azhar. Al-Azhar al-Syarif benar-benar mendidik seorang pencari ilmu untuk mencari bukan dicari, untuk menunggu bukan ditunggu dan untuk mengambil bukan diambil, hal ini sesuai arti mahasiswa dalam bahasa Arab“thalib” yang diambil dari kata “thalaba-yathlubu” yaitu mencari. Al-Azhar mendidik para mahasiswanya untuk mencari ilmu di setiap sudut negeri ini. Karena al-Azhar sesungguhnya adalah sebuah masjid di mana terdapat halakah-halakah ilmu. Di sana diajarkan berbagai macam bidang ilmu yang tidak didapatkan di bangku kuliah, terlebih ilmu-ilmu turast (klasik).

Al-Azhar pun terkenal dengan sistem sanad (riwayat), di mana seorang murid mengambil sebuah ilmu langsung dari gurunya dengan bertatap muka dan tentunya para murid pun diuji seberapa jauh ia menguasi ilmu tersebut. Sistem ini ternyata sudah ada semenjak Rasulullah SAW dan dipraktikkan oleh para Sahabat dan ulama sesudahnya. Sistem sanad ini pulalah yang menjadikan kelimuan Islam tetap terjaga dari masa ke masa.

Hal menarik lain dari al-Azhar adalah sistem administrasi yang masih manual. Tidak seperti universitas di Indonesia yang sudah memakai komputer dan alat canggih lainnya. Di sini, administrasi masih menggunakan tulisan tangan. Hal ini pula yang membuat para mahasiswa harus mengantre panjang, bahkan harus menunggu berhari-hari untuk menyelesaikan administrasi kuliah. Tapi hal itu tidak membuat para mahasiswa surut dan malas. Banyak di antara mereka yang sabar menunggu bahkan,  menurut sebagian mereka,  ini merupakan pembelajaran agar sabar dalam segala hal.

Begitu juga dengan ruang kuliah, al-Azhar masih menggunakan meja dan bangku panjang yang bisa diduduki sekitar lima sampai tujuh orang, yang seharusnya mahasiswa duduk sendiri-sendiri layaknya perkuliahan lain. Al-Azhar bukannya tidak mampu untuk membeli komputer ataupun meja dan bangku layaknya sebuah universitas, tapi inilah sifat kesederhanaan yang diajarkan oleh al-Azhar kepada para mahasiswanya.

Di ruang kuliah, para mahasiswa bebas untuk bertanya tentang pelajaran-pelajaran yang tidak mereka pahami, bahkan terkadang seorang duktur (dosen) tidak akan beranjak ke materi selanjutnya sebelum para mahasiswa paham. Meskipun demikian, hal ini pun belum menjamin para mahasiswa memahami 100 persen  mata kuliah, terkhusus bagi mereka yang datang dari negeri-negeri selain Arab, seperti Indonesia, Singapura, Malaysia, India, Prancis dan lain sebagainya.

Kendalanya adalah bahasa. Tidak semua duktur memakai bahasa Arab Fushah (fasih).  Kebanyakan mereka menggunakan bahasa Arab Amiyyah (keseharian) yang sebagian mahasiswa asing kurang memahaminya. Kendati demikian, tidak jarang dari mereka yang tidak paham datang langsung ke duktur setelah selesainya mata kuliah, mereka minta dijelaskan kembali dengan bahasa Fushah.

Al-Azhar menggunakan sistem paket, jadi nilai mata kuliah yang diujikan ketika semester ganjil dan genap disatukan. Bagi mereka yang membawa lebih dari dua mata kuliah, akan mengulang selama setahun di kelas yang sama dengan mata kuliah yang ia bawa. Sedangkan mereka yang membawa satu atau dua mata kuliah, ia tetap naik kelas dan hanya diuji ulang mata pelajaran tersebut tanpa mengulang satu tahun di kelas yang sama.

 

Di sinilah terlihat ketatnya sistem ujian dan penialan di al-Azhar. Hal ini tidak lain karena al-Azhar ingin mengajarkan kepada para mahasiwanya sebuah kesungguhan dalam belajar dan mencari ilmu. Inilah sedikit pernak-pernik dan keunikan kuliah di universitas al-Azhar yang tetap eksis dengan sistem dan metode klasiknya.

Penulis: Saeful Luthfy (Mahasiswa Usuluddin, Universitas Al-Azhar Kairo)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement