Setiap orang memiliki alasan beragam untuk menyelesaikan tulisannya. Ada yang menjadikannya sebagai hobi untuk mengisi waktu senggang secara positif. Ada juga yang menjadikannya sebagai profesi. Ada lagi penulis yang berangan-angan suatu saat tulisannya akan dikenal banyak orang. Jadi kemanapun dia pergi, nanti akan banyak pembaca yang berburu tanda-tangan, foto bareng, plus tukeran pin BB. Bisa jadi, kalah deh para artis yang tiap hari masuk infotainment. Ya, apapun itu, semuanya akan bermuara di Cipinang Muara, eh bukan... semuanya akan tertuju pada ending yang seragam; Tulisan kita selesai, lantas dibaca orang banyak.
Nah kalau saya sendiri, mungkin ini jawaban yang sama sekali nggak keren karena pada awalnya saya menulis novel komedi "A Stupid Chronicle of the Tanjidor Boyz" hanya iseng! Ya, saya melakukannya hanya karena keisengan semata.
Semua berawal di suatu sore ketika sedang tak ada kerjaan. Iseng, saya menulis Bab-1, kemudian memostingnya di notes facebook. Saya tag beberapa orang yang memang cukup dekat dengan saya. Selesai baca, mereka langsung meminta untuk lanjut ke Bab-2 dan seterusnya.
Saya sempat mendiamkan naskah tersebut selama setahun, tepat di tengah-tengah cerita. Hingga pada akhirnya, ketika saya membeli buku-bukunya Raditya Dika, saya baru ngeh, "Gue kan juga punya tulisan komedi, walau fiksi." Pada saat itu, saya baru terikat naskah lama saya dan akhirnya saya kembali punya semangat untuk menyelesaikan.
Dari teman-teman yang baca ada yang bertanya, "Nanti kalau udah tamat, mau diapain, Kak?" Karena buku-buku Raditya Dika juga, dan beberapa buku komedi yang saya beli untuk referensi gaya penulisan, saya baru terpikir, kenapa tak dicoba saja kirim ke penerbit. Sapa tau eh sapa tau...
Akhirnya, saya mengirimkan naskah tersebut ke sebuah penerbit. Tiga bulan kemudian ditolak. Hohoho, sedih? Galau? Patah hati? Mau bunuh diri? Sama sekali tidak, karena saya memang sadar itu cuma tulisan sederhana.
Perjalanan di dunia maya membawa saya mengenal salah satu penerbitan, hingga ke lini remajanya. Saya mengawali perkenalan tersebut dari ikut audisi salah satu proyek menulis dan sempat masuk 5 besar (walau akhirnya kalah). Saya bilang ke admin penerbitan itu, "Saya punya novel komedi genk-genk-an. Siapa tahu tim redaksi berkenan."
Tak sampai sebulan, saya pun mendapat kabar kalau novel itu lolos. Kaget, masa iya sih bisa lolos? Ini kan hanya tulisan iseng, kembali saya mengingat pertama kali menulis ini. Saya baru ngeh kalau sudah jadi novel (beneran) begitu dikirimi bukti terbit.
Demikianlah sekelumit kisah perjalanan novel komedi pertama saya. Jadi, siapa bilang tulisan iseng tidak bisa diterbitkan menjadi buku? Saya buktinya.
Nita Lana Faera
Penulis sejumlah buku dan Blogger.
Twitter: @nita_nitnotnit
Rubrik ini bekerja sama dengan komunitas penulis perempuan Women Script & Co