Selasa 18 Oct 2016 14:00 WIB

Keberpihakan BI Kepada Kaum Hawa

Red:

Program Perempuan bagi Bangsa merupakan salah satu upaya untuk mengangkat derajat  kaum Hawa di Tanah Air. Langkah ini sekaligus wujud nyata keberpihakan dan kontribusi Bank Indonesia (BI) dalam memperkuat kapasitas ekonomi masyarakat secara langsung.

Melalui program pemberdayaan perempuan yang inklusif dan berkesinambungan, kegiatan berfokus di wilayah Tanah Abang, Jakarta Pusat, dan Tangerang, Banten. Direktur Departemen Komunikasi BI Arbonas Hutabarat mengatakan, pemilihan lokasi program ini di Jakarta dan Tangerang diperkuat oleh data statistik yang mengindikasikan bahwa persentase pengangguran di Jakarta dan Banten masih relatif tinggi dan selalu berada di atas level pengangguran nasional. Pada 2015, tingkat pengangguran di Jakarta sebesar 7,23 persen dan Banten 9,55 persen, sementara rata-rata nasional 6,18 persen.

"Program sosial BI ini akan dijalankan selama tiga tahun yang telah dimulai sejak Juni 2015. Dengan target penerimaan manfaat sebanyak 3.000 ibu-ibu wirausaha mikro, dan 2.000 remaja putri. Tujuannya agar mereka memiliki jiwa berwirausaha dalam program ini," kata Arbonas, di Jakarta, pekan lalu.

Program ini memiliki tiga tujuan utama. Pertama, kata dia, memberikan nilai tambah terkait wirausaha yang akan dilaksanakan secara menyeluruh dengan cakupan kegiatan, bantuan pemberdayaan usaha, serta edukasi di bidang pendidikan dan keuangan, lingkungan hidup, dan ketahanan pangan. Kedua, memberikan pemahaman dasar tentang BI pada kaum perempuan melalui penyediaan informasi tentang BI dan program literasi keuangan.

Dan yang terakhir, mencegah anak putus sekolah. Artinya ibu-ibu wirausaha mikro yang berhak menjadi penerima manfaat program, anaknya harus bersekolah.

Adapun ruang lingkup aktivitas edukasi yang dilakukan antara lain pada aspek pendidikan keuangan kepada perempuan, seperti pengenalan bank sentral dan sekilas aktivitas perbankan. Lainnya, pengelolaan keuangan keluarga dan pengelolaan keuangan usaha serta bagaimana mengatur tata buku keuangan.

Bagi remaja putri,  kata Arbonas, akses pendidikan keuangan yang diberikan mencakup perencanaan, aspek finansial, dan paradigma menjadi pengusaha. Secara terperinci, di antaranya yaitu perencanaan keuangan pribadi, bisnis dari operasional, pemasaran, dan sumber daya. Kemudian, kemampuan komunikasi dalam bisnis, pengaturan kas pembuatan laporan keuangan pada bisnis, dan stimulasi kewirausahaan.

Pada aspek lingkungan hidup, BI melakukan berbagai aspek edukasi terkait pengenalan limbah, keterkaitan kegiatan pengelolaan sampah dengan kesehatan, dan kebersihan lingkungan. Selain itu juga terdapat pemanfaatan sampah organik, pembuatan pupuk kompos, hingga pemanfaaatan sampah nonorganik. Sedangkan, pada aspek ketahanan pangan, dilakukan dalam bentuk budi daya tanaman pangan pada skala rumah tangga guna mengoptimalkan lahan sempit perkotaan atau urban farming.

"Perkembangan selama lebih dari satu tahun telah berjalan baik dan sesuai timeline yang telah ditetapkan secara terperinci bersama Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB)," katanya. Hasil program yang  dicapai di antaranya telah melakukan pemetaan penerima manfaat,  menyalurkan pemberdayaan usaha melalui mekanisme sosial kepada 2.139 perempuan pengusaha mikro di wilayah Tanah Abang, Kembangan, dan Tambora dengan tingkat pengembalian 100 persen.

BI juga telah memberikan pelatihan dan pengelolaan keuangan dan sampah kepada 703 perempuan pengusaha mikro. Juga dilakukan pelatihan kewirausahaan kepada lebih dari 700 siswi SMK di Tanah Abang.

Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPKB) Pemprov DKI Jakarta Dien Emawati menyambut baik pelaksanaan peningkatan produktivitas ekonomi perempuan sebagai langkah konkret peningkatan produktivitas ekonomi. Pada saat ini, DKI tengah membangun 185 ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) yang di dalamnya ada PKK dan bisa meningkatkan pemberdayaan perempuan melalui ekonomi mikro. Dengan demikian, tujuan ke depan RPTRA salah satunya  adalah meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat di daerah padat dan kumuh.

"Masih dibutuhkan bantuan dari banyak pihak untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, khususnya perempuan dan anak remaja agar mereka bisa proaktif serta mampu menangkap peluang usaha dan kemauan mengembangkan usahanya," ungkap Dien.

 

Pinjaman bagi ibu-ibu

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara menjelaskan, sebelum 1998 tidak ada pinjaman mikro kepada masyarakat. Namun, setelah ada krisis besar, bank-bank banyak yang belajar. Lalu, muncullah bank-bank yang memberikan kredit bagi UKM, kemudian mikro. Saat ini, dengan hadirnya program Perempuan bagi Bangsa, melalui YCAB terdapat pinjaman kepada ibu-ibu penerima manfaat mulai dari Rp 1 juta hingga Rp 5 juta.

"Jadi, di situlah BI ingin ikut berperan supaya ibu-ibu yang memiliki kegiatan mikro bisa berjalan. Kemudian, bantu training literasi keuangan, bagaimana menyimpan uang yang baik, nanti kalau sudah dapat kredit bank harus bisa bikin laporan keuangan," kata Mirza.       rep: Rossi Handayani, ed: Khoirul Azwar

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement