Komunitas santri Lamongan yang tergabung dalam Forkisla bersama Alumni Perhimpunan Pelajar Indonesia (APPI) Dunia menggelar sarasehan menangkal radikalisme agama.
Koordinator Forkisla Birrul Alim menjelaskan, maraknya warta tentang ISIS membuat santri dan pemuda Lamongan menolak paham ISIS.
"ISIS merupakan organisasi radikal yang mengatasnamakan Islam untuk sebuah kepentingan politik dan kekuasaan tertentu. Ini yang patut kita sesalkan," ujar Birrul Alim dalam rilisnya.
Ia menambahkan, sebelum berhijrah dan membangun negara Madinah, Nabi terlebih dahulu mengirim beberapa sahabatnya untuk menjelaskan kepada masyarakat Madinah tentang Islam.
Setelah dakwah dianggap cukup, Nabi barulah berhijrah dan mendirikan sebuah negara yang berdaulat.
"Langkah Nabi dalam membangun negara sangat berbeda dengan pendekatan yang dilakukan ISIS. Mereka menggunakan pendekatan yang anarkistis dalam membangun sebuah negara," lanjutnya.
KH Salim Azhar sebagai salah satu narasumber dalam acara tersebut menjelaskan, jihad sebagai salah satu ajaran inti Islam tidak harus selalu ditafsirkan perang. Beliau mengutip salah satu pendapat ulama bahwa jihad mempunyai arti yang cair, menyesuaikan dengan kebutuhan umat Islam yang bersifat mendesak.
"Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin, juga jihad bagi orang kaya. Mengajar demi mengentaskan masyarakat awam dari kebodohan merupakan jihad bagi seorang alim," ujar Salim Azhar. ed: hafidz muftisany