Jumat 29 Aug 2014 12:00 WIB

Godaan Kepemimpinan

Red:

Ungkapan semakin tinggi pohon, semakin kencang angin agaknya berlaku untuk para pemimpin. Semakin besar skala tanggung jawab seorang pemimpin, semakin besar pula godaan yang mengelilinginya.

Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Prof Ahmad Satori Ismail mengatakan banyak sekali yang menjadi godaan pemimpin secara global. "Pemimpin dapat tergoda harta dan wanita, bahkan hingga akhir zaman," ujarnya.

Satori khawatir jika seorang pemimpin sudah masuk perangkap godaan, dia akan bias terhadap keadilan. Segala cara akan dilakukan seorang pemimpin demi memuaskan hasratnya.

Kekuasaan sendiri, Satori mengungkapkan, pada hakikatnya adalah godaan. Saat mendapat kekuasaan, beragam fasilitas dan akses terhadap sumber daya mudah terhampar. Dorongan untuk memenuhi kepentingan pribadi dan kelompoknya sering muncul kala kelimpahan hadir.

"Saat dia tidak jujur, menutup informasi, tidak adil dan trans paran, tanda pemimpin terjerat dalam godaan," katanya memaparkan. Saat mengangkat pejabat sebagai pembantunya, seorang pe mimpin juga tak luput dari fitnah. Dia harus benar-benar menempatkan seseorang yang cakap dalam bidangnya sebagai pejabat.

"Rasulullah telah memberi peringatan, ketika mengangkat seseorang dalam jabatan tertentu maka harus sesuai dengan keahliannya, tetapi jika tidak sesuai maka itu sama saja berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya," ujar ketua Umum Ikadi ini.

Ironisnya, meski banyak perangkap dan godaan dalam jabatan, banyak orang yang berusaha memperebutkannya. "Kepemimpinan itu nikmat jika disyukuri, ujian jika ia tergoda," kata Satori.

Pemimpin tidak boleh ter lena dengan ke se nangan yang sebenar nya bukan haknya.

Saat dia merasa mudah mendapatkan kesenangan tersebut dan jarang mendapat masalah, bukan berarti dia selamat. "Ini namanya istidraj. Artinya, kesenangan sementara yang akan digantikan azab," ujarnya. Ini juga menjelaskan mengapa banyak pemimpin yang berbuat tidak adil namun tetap langgeng dalam kekuasaannya.

Satori juga menjelaskan bahwa pemimpin yang pada awalnya baik dan saleh pun bisa juga jatuh ke lubang ujian. Meski seorang pemimpin sendiri merupakan penasihat, ada baiknya dia juga memiliki penasihat tersendiri. "Tugasnya mengingatkan ketika mengambil kebijakan yang salah," katanya.

Pengasuh Pusat Dakwah Alquran Bina Qalbu, Ustaz Muhammad Furqan al-Faruqiy, berpendapat seorang pemimpin harus sudah selesai dengan urusan dunianya. Rasulullah pada usia 25 tahun sudah merintis jalan sebagai saudagar. Sehingga dalam memimpin umat, Rasul sudah terlepas dari keinginan lainnya dan fokus untuk menyebarkan Islam.

Seorang pemimpin bisa tergoda dunia karena dua faktor. Faktor eksternal berupa lingkungan yang melingkupinya dan internal berupa sifat sombong. "Untuk menghilangkan keduanya, bentengnya agama," kata Ustaz Furqan. Tidak bisa tidak seorang pemimpin harus luas ilmu agamanya.

Belajar dari Nabi Daud yang diangkat sebagai seorang raja. Puasa yang dilakukan Nabi Daud salah satunya jalan mencegahnya tergelincir. Ustaz Furqan memesankan meski memiliki kedudukan tinggi, seorang pemimpin mesti bisa mengukur diri. Jika ada beban pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan, sebaiknya dia menahan diri untuk mengerjakannya. "Dia yang baru level tujuh akan berpikir kembali ketika ingin mencapai level sembilan."  rep:ratna ajeng tejomukti ed: hafidz muftisany

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement