Sering kali faktor eksternal dijadikan alasan saat muncul kelemahan dalam umat Islam. Teori konspirasi digunakan sebagai pembenaran jika perilaku orang Islam tanpa cacat.
Ketua PP Muhammadiyah Prof H Dadang Kahmad me ngatakan, kebiasaan mengam binghitamkan pihak lain harus berhenti. Menurutnya, lingkungan yang sangat kompleks dan multikultural menyebabkan persaingan yang sangat ketat. "Siapa yang kuat memenangkan pertarungan," ujar dia.
Selain itu, menurut Direktur Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini, umat Islam sudah saatnya mengevaluasi diri. "Terutama dalam ajaran agama," paparnya.
Menyalahkan orang lain hanya akan menimbulkan perpecahan, bahkan di tubuh umat Islam sendiri. Perpecahan umat Muslim juga bisa diakibatkan perbedaan pemahaman agama dengan keyakinan mahzab yang berbeda.
Prof Dadang menjelaskan, umat Islam memang terdiri atas kelompok-kelompok sehingga pemahaman di antara kelompok sering kali berbeda. Begitu juga dengan orientasi kepentingan politik pun bervariasi.
Tetapi, perbedaan ini hendaknya tidak dijadikan alasan untuk menimbulkan perpecahan apalagi hingga menimbulkan konflik. "Yang diperbolehkan dalam Islam adalah persaingan dan hanya dalam bentuk kebaikan," jelas dia.
Guru besar sosiologi ini melihat kelemahan umat Islam saat ini adalah bidang pendidikan. Me nurutnya, masih sedikit Muslim yang memiliki gelar doktor.
Tak hanya sekadar kuantitas, kualitas pendidikan umat Islam pun masih rendah dibandingkan umat lain. Kedua, dari sisi ekonomi, perekonomian umat Islam masih lemah. "Terlihat dari 10 orang terkaya di Indonesia versi Majalah Forbes. Hanya dua orang yang Muslim," terangnya.
Dari data pemerintah, 11 persen masyarakat Indonesia termasuk kategori miskin dan mayoritas pasti umat Islam. Begitu juga masalah kesehatan dan sisi politik, kedua bidang ini masih dikuasai umat lain.
Terkait pemberitaan yang memicu perpecahan, kata dia, informasi memang saat ini telah terbuka dengan bebas. Pemerintah pun sulit untuk menyensor. Hanya umatlah yang dapat membatasi diri agar tidak terlalu reaktif.
"Jangan sampai terpancng emosi apalagi de ngan kekerasan. Rasulullah pun sejak du lu memerintahkan untuk tidak terpancing emosi apalagi jika informasi belum terbukti kebenarannya," ujar dia. Perlu ada media penyeimbang informasi terutama bagi umat Islam
Ketua Korps Mubaligh Jakarta KH M Sobari mengatakan, perpecahan yang terjadi di antara umat Islam biasanya persoalan mahzab. Menurut Kiai Sobari, Rasulullah dahulu berdoa pada Allah tiga permintaan, namun hanya dua yang dikabulkan.
Pertama, Rasul memohon agar umatnya tidak diazab mati karena tenggelam. Kedua, umatnya tidak diazab mati karena kelaparan. Namun permohonan ketiga tidak dikabulkan yakni agar umatnya bersatu.
"Sehingga, Rasulullah mewariskan perekat, meskipun berbeda-beda, jangan kalian terpecah belah," paparnya. Ini terbukti ketika satu hal saja ter kait agama diganggu, maka umat akan bergandengan tangan bersatu untuk mem pertahankan Islam.
Sebenarnya pecahnya umat Islam hanya di kulit luarnya saja. Tetapi akar keislaman umat masih sangat kuat.
"Umat Islam itu seperti lebah, jika pribadinya diganggu maka akan mengalah, tetapi tidak jika sarangnya yang diserang," ujar dia. Dalam hal politik, memang sejak wafat Rasulullah perpecahan sudah terlihat apalagi ketika Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib terbunuh.
Kiai Sobari menyarankan, yang perlu dilakukan umat Islam adalah mencari persamaan bukan perbedaan. Sehingga, umat tetap bersatu dan saling menguatkan. "Selama Rabbnya satu, syahadat hanya pada Allah dan Rasulullah, kitabnya tetap Alquran, kiblatnya tetap Ka’bah, dan nabi akhir hanya Rasulullah, maka mereka wajib dibela sebagai umat Muslim," ujar dia.
Persatuan umat juga dilatih dalam amaliah sehari-hari. Setiap hari umat diperintahkan menjalankan shalat lima waktu untuk berjamaah meski hanya berdua.
Setiap pekan dengan lingkup lebih besar, umat berkumpul menjalankan shalat Jumat. Dalam lingkup lebih besar lagi dalam satu tahun dua kali umat berkumpul untuk menjalankan shalat Idul Fitri dan Idul Adha.
Sedangkan dalam lingkup global seumur hidup sekali, umat Islam dikumpulkan di Padang Arafah untuk beribadah haji. "Ini sebenarnya merupakan wujud persatuan umat Muslim," ungkapnya. Sehingga, seharusnya umat Muslim tak mudah untuk diadu domba. Apalagi ketika perpecahan terjadi di tubuh umat Islam, jangan sampai menyalahkan orang lain.
"Dalam shalat kita dapat memaknai ketika duduk tahiyatul kenapa menujuk satu jari dan empat ke belakang, itu artinya adalah harus lebih banyak introspeksi diri dibandingkan menyalahkan orang lain," ujar dia.
Untuk menghindari kesan menyalahkan orang lain apalagi dengan konspirasi, "Lebih baik kita mendekatkan diri pada Allah SWT. Umat harus lebih banyak mempelajari Alquran dan harus lebih banyak tabayun dalam menerima informasi," jelasnya. rep:ratna ajeng tejomukti ed: hafidz muftisany