Rabu 11 Jun 2014 14:30 WIB

Pertumbuhan Terkoreksi

Red:

JAKARTA — Bank Indonesia (BI) mengoreksi pertumbuhan ekonomi 2014 dari 5,32 persen menjadi 5,15 persen. Masih buruknya kondisi ekonomi global menjadi salah satu penyebab koreksi dilakukan.

Pengamat ekonomi Universitas Indonesia (UI) Muslimin Anwar mengatakan, sedikitnya ada tiga faktor penyebab koreksi tersebut. Pertama, pemulihan ekonomi global yang masih belum berjalan sesuai diharapkan. Selama ini, perbaikan ekonomi global ditopang oleh perekonomian negara-negara maju, seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa, sebagai dampak stimulus moneter yang masih berlanjut.

“Sementara Cina, yang selama ini tumbuh tinggi dan menjadi motor pertumbuhan ekonomi dunia, justru mengalami perlambatan, sejalan dengan kebijakan penyeimbangan ekonomi,” katanya, Selasa (10/6). Kedua, harga komoditas global masih cenderung menurun, khususnya karet, tembaga, dan batu bara.

Ketiga, risiko yang bersumber dari normalisasi kebijakan bank sentral AS, the Fed, mengancam pembalikan arus modal di emerging markets. Hal ini akan menekan stabilitas eksternal dan pada akhirnya menimbulkan gejolak terhadap nilai tukar. Ketiga faktor tersebut, kata Muslimin, tecermin pada pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I 2014 yang melambat, terutama dipengaruhi ekspor riil yang mencatat kontraksi.

Pertumbuhan ekonomi triwulan I 2014 tercatat 5,21 persen atau menurun dari pertumbuhan triwulan IV 2013 sebesar 5,72 persen. Kontraksi ekspor riil, terutama akibat penurunan ekspor pertambangan, seperti batu bara dan konsentrat mineral.

Kontraksi terjadi, antara lain, karena melemahnya pemintaan, terutama dari Cina, dan menurunnya harga. Juga, pengaruh temporer dari dampak kebijakan pelarangan ekspor mineral mentah. Selain itu, Muslimin mengatakan, konsumsi pemerintah yang melambat juga berkontribusi terhadap perlambatan ekonomi.

Pada sisi investasi, pertumbuhan investasi bangunan tercatat melambat. Sejalan dengan moderasi permintaan domestik, impor riil juga melambat, namun tidak dapat mengimbangi kontraksi pada ekspor riil sehingga belum dapat memperbaiki kinerja ekspor neto.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, adanya pemotongan dan pengurangan anggaran belanja pada kementerian dan lembaga pemerintah berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi. BI pun merespons itu dengan mengoreksi pertumbuhan ekonomi. Agus mengatakan, pihaknya menjaga pertumbuhan ekonomi pada posisi 5,5 persen. Sumber-sumber andalan pertumbuhan ekonomi pada konsumsi masyarakat dan ekspor.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Armida S Alisjahbana mengatakan, pemangkasan anggaran di kementerian dan lembaga pemerintah akan membuat target kemiskinan melenceng. Pemerintah telah menargetkan tingkat kemiskinan tahun ini antara sembilan persen sampai 10,5 persen.

Terkait dampaknya terhadap pengangguran, hal tersebut akan mengurangi penciptaan kesempatan kerja. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014, total anggaran untuk penciptaan tenaga kerja mencapai Rp 140 triliun dengan daya serap sebesar 3,012 juta kesempatan kerja.

rep:meiliani fauziah/elba damhuri ed: fitria andayani

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement