JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bekerja sama dengan Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk mendorong peningkatan investor di Tanah Air. Selain mengembangkan produk jasa keuangan, edukasi terkait pasar modal akan digencarkan.
Dari data Kustodian Sentral Efek Indonesia, investor domestik masih sekitar 400 ribu orang. Padahal, potensi investor domestik dari golongan kelas menengah saja sudah mencapai 134 juta orang.
Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad mengatakan, pihaknya akan meningkatkan investor dengan mendorong perkembangan produk dan layanan jasa keuangan. Pengembangan termasuk pasar modal dan industri keuangan nonbank (IKNB). Sehingga, bisa terbentuk intermediasi pembiayaan jangka panjang.
Peningkatan investor juga dilakukan dengan pengembangan akses pasar yang lebih mudah dan luas. ''Jaringan perbankan bisa dimanfaatkan untuk meluaskan nasabah pasar modal dan asuransi,'' kata Muliaman dalam pembukaan Investor Summit dan Capital Market Expo (ISCME) di Jakarta, Rabu (17/9).
Muliaman meyakinkan pasar modal Indonesia masih akan berkembang baik, termasuk pasar modal syariah. ''Di triwulan kedua 2014, reksa dana syariah dan suku korporasi menunjukkan pergerakan yang baik. Pasar modal syariah jadi menarik saat ini,'' kata dia.
Direktur Utama PT BEI Ito Warsito mengatakan, pihaknya akan menggencarkan edukasi pasar modal. Edukasi tersebut ditargetkan membuat pasar modal tidak lagi eksklusif. ''Kami ingin mengukur penyebaran informasi dan pengetahuan mengenai pasar modal,'' kata Ito.
Sementara itu, pasar modal nasional dinilai masih bisa menahan gangguan ekonomi domestik maupun global. Ekonom dan Akademisi Universitas Gadjah Mada A Tony Prasetiantono yakin, pasar modal nasional akan tetap berkembang baik meski ada kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS, the Fed. Transisi kepemimpinan Indonesia juga tidak memengaruhi pasar modal nasional.
Begitu pula jika nilai tukar dolar AS menyentuh Rp 12 ribu, ekspektasi IHSG masih tetap di level 5.100. Sektor konsumsi, infrastruktur, dan perbankan diprediksi Tony tetap menunjukkan performa yang baik. Sementara, sektor infrastruktur diprediksi akan naik. ''Jika pemerintah bisa memangkas Rp 100 triliun dari subsidi bahan bakar minyak, akan tersedia banyak dana untuk perbaikan infrastruktur sehingga usaha yang berkaitan dengan itu masih akan baik,'' tutur Tony. rep:fuji pratiwi Ed: nur aini