JAKARTA -- Investor pasar saham Indonesia masih menanti kebijakan pemerintahan baru Jokowi terkait subsidi bahan bakar minyak (BBM) untuk menanamkan lebih banyak modal.
"Untuk jangka pendek investor masih menunggu menterinya siapa, kebijakannya bagaimana, dan bagaimana subsidi BBM-nya," kata Kepala Grup dan VP Investasi PT Sun Life Finansial Indonesia Marsangap P Tamba di Jakarta, Kamis (25/9).
Dia menjelaskan, keputusan investor untuk menunggu dikarenakan subsidi BBM mengambil porsi yang sangat besar dalam konteks defisit anggaran negara. "Defisit anggaran kita 20 miliar dolar, sementara subsidi minyak 21 miliar dolar. Jadi, bisa dibayangkan, apabila subsidi itu dihilangkan dampaknya akan besar sekali," katanya.
Dengan anggaran yang sehat, dinilai akan berdampak baik pada iklim investasi di negara ini. Dia pun berpendapat, setelah Jokowi dilantik merupakan waktu yang tepat untuk menaikkan harga BBM. "Saat ini, waktu yang cukup tepat untuk menaikkan harga BBM karena angka inflasi telah turun hingga empat persen. Meskipun harga BBM naik, tidak akan memengaruhi inflasi hingga ke titik mengkhawatirkan," katanya.
Meski demikian, kebijakan untuk menaikkan harga BBM dinilai tidak akan mudah. Kenaikan harga BBM akan memiliki banyak dampak politik. "Oleh karena itu, kami harap, Pak Jokowi bisa menyelesaikan masalah yang penting ini karena prospek negara kita sangat bagus dibandingkan negara lain," katanya. antara ed: nur aini