Sabtu 05 Jul 2014 12:00 WIB

Wujudkan Pilpres Damai

Red: operator
Seorang anggota TNI  mengarahkan kendaraan militer dalam persiapan pengamanan pemilihan umum presiden(pilpres)di Denpasar, Bali, Jumat (4/7).
Seorang anggota TNI mengarahkan kendaraan militer dalam persiapan pengamanan pemilihan umum presiden(pilpres)di Denpasar, Bali, Jumat (4/7).

JAKARTA — Pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) beserta pendukung ma sing-masing dan penyelenggara pemi lu diminta segera men dekla rasik an pelaksanaan pemilihan umum presiden (pilpres) damai. Permintaan ini menyusul ancaman kerawanan pascapilpres yang diutarakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

“Kami meminta beberapa jam sebelum debat capres-cawapres besok (hari ini). Dua pasangan calon, KPU, DKPP, Bawaslu, Polri, serta masyarakat untuk mendeklarasikan pentingnya pilpres damai dan jujur,” ujar pengamat politik dari LIPI Siti Zuhro kepada Republika, Jumat (4/7).

Menurut Siti, seruan damai dari pasangan capres-cawapres bisa mengunci tindak kerusuhan yang berpotensi muncul di kalangan akar rumput. Bulan Ramadhan, kata Siti, menjadi momentum bagi pasangan calon untuk menyebarluaskan konsep ibadah yang rahmatan lil alamin, termasuk dalam konteks pilpres yang akan digelar pada 9 Juli mendatang.

Siti menilai, pernyataan SBY tentang adanya ancaman kerusuhan pascapilpres 2014 seolah malah mendorong keresahan. Pemerintah seharusnya menciptakan rasa aman pada Pilpres 2014, bukan malah memberikan rasa takut kepada masyarakat.

Pemrakarsa Komite Rekonsiliasi Nasional dari Soegeng Sarjadi Syndicate, Soegeng Sarjadi menyaran kan, dua pasangan calon saling me ngunjungi lantaran belakangan suasana politik semakin panas akibat perseteruan antarpendukung. Hal ini dinilainya penting dijalankan supaya para pendukung mencontoh sikap damai di antara kedua pasang kontestan.

Soegeng mengaku terpanggil untuk mencairkan suasana yang panas menjelang pilpres. Saat ini, katanya, diperlukan rekonsiliasi politik nasional dari masing-masing kubu. “Sangat baik jika Jokowi maupun Prabowo saling mengunjungi dan bersalaman,” kata Soegeng.

Wakil Ketua Tim Pemenangan Nasional Prabowo-Hatta, Mayjen TNI (Purn) Sudrajat, mengingatkan semua pihak untuk menahan diri. Tidak hanya para elite di tim pemenangan, ia pun meminta relawan dan  pendukung  untuk selalu santun dan menjaga etika. “Mementingkan kepentingan memprovokasi hal-hal yang menjurus pada perpecahan,” kata Sudrajat.

Apabila Prabowo-Hatta mendapat mandat untuk menjadi pemimpin Indonesia, Sudrajat mengatakan, pasangan itu akan mengajak semua elemen masyarakat bersatu. Sebaliknya, jika rakyat menghendaki Joko Widodo-Jusuf Kalla menjadi presiden dan wakil presiden, Prabowo sudah  menegaskan akan menerima keputusan. “Tentu dalam  konteks mendukung dengan kebijakan-kebijakan yang terbaik untuk rakyat,” kata dia.

Anggota Dewan Pembina Partai Dmokrat sekaligus pendukung Prabowo-Hatta, Pramono Edhie Wibowo menambahkan, sebetulnya sudah disampaikan kalau demokrasi Indonesia itu demokrasi damai. “Makanya saya kira tidak perlu ada rekonsiliasi antara Jokowi maupun Prabowo karena keduanya baik-baik saja,” kata Pramono.

Calon presiden nomor urut dua Joko Widodo (Jokowi) yakin tidak akan terjadi kerusuhan pascapilpres 9 Juli mendatang. Menurut Jokowi, rakyat menyambut pemilu dengan gembira. Jokowi justru melihat potensi konflik ada di kalangan elite.

Untuk itu, dia berharap ada ketegasan dari pihak aparat keamanan terhadap para elite yang memicu kon flik. “Kalau ada yang salah, baik di Jokowi-JK atau Prabowo-Hatta lang sung saja diambil,” ujar Jokowi. rep:c75/dyah ratna meta novia/andi mohammad ikhbal/halimatus sa’diyah/irfan fitrat ed: andri saubani

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement