Kemunculan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) memicu kontroversi. Tak hanya di Irak dan Suriah, wilayah yang mereka kuasai, tapi juga menggemparkan para pemimpin dunia. Seperti apa sesungguhnya ISIS dan perannya, berikut laporan khusus berseri.
***
Menggunakan hashtag #AmessagefromISIStoUS, ISIS menebar ancaman. Ini merupakan respons atas dimulainya serangan udara Amerika Serikat terhadap target-target Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di wilayah utara Irak pada Jumat (8/8). Sejumlah foto juga disertakan dalam kicauan mereka di Twitter.
Ada foto tentara-tentara AS yang mati, marinir AS yang digantung di jembatan-jembatan Fallujah, dan api yang membakar menara kembar World Trade Center (WTC) akibat serangan 11 September 2001. "Ini pesan untuk seluruh warga AS," demikian bunyi peringatan ISIS.
Ancaman lainnya menyatakan, warga AS akan menjadi target ISIS karena serangan AS ke Irak. Bukan kali ini saja ISIS memanfaatkan media sosial. Mereka menggunakannya untuk berbagai tujuan, termasuk propaganda, mengancam, dan merekrut anggota.
Mereka pernah mengunggah gambar-gambar penjagalan, pembunuhan massal, pernyataan para anggotanya yang berasal dari negara-negara Barat. Pejabat AS meyakini tak seorang pun di AS akan menganggap ancaman di Twitter itu sebagai hal serius.
Foxnews edisi 1 Agustus menyatakan, ISIS mempraktikkan versi fundamentalis abad ketujuh. Namun, mereka menunjukkan tingkah modern dengan menggunakan media sosial, seperti Twitter. dan laman lainnya semisal WordPress dan Tumblr.
Mereka pun memanfaatkan Facebook sebagai sarana menggelontorkan ancaman-ancaman kematian kepada yang berseberangan. Tak berhenti di situ, ISIS menggunakan aplikasi SoundCloud untuk memperdengarkan lagu-lagu jihadnya, termasuk di YouTube.
Rita Katz, pengamat terorisme, menuturkan, ISIS menyadari kegunaan media sosial. Melalui laporannya bersama SITE Intelligence Group yang memantau aktivitas online kelompok ekstrem, Katz menyatakan ISIS menyadari media sosial dan telepon pintar sangat dibutuhkan.
Ini efektif dan cepat untuk menyebarkan apa pun secara real time. Bahkan, pesan itu dapat dijangkau oleh puluhan ribu orang di seluruh dunia, termasuk kepada pendukung ISIS. "Teknologi internet telah mereka adopsi," katanya.
Mereka juga tak menghadapi kendala saat muncul perlawanan. Ketika sejumlah pemerintah memblokir internet, para insinyur pendukung kelompok ini turun tangan. Mereka merancang hot spots yang memungkinkan untuk mengakses internet.
ISIS menemukan cara meningkatkan lalu lintas propagandanya secara internasional. Mereka merekrut anggota dari Eropa dan Amerika. Menurut Katz, ISIS sempat membajak beberapa hashtags Twitter terkait Piala Dunia lalu.
Mereka membanjiri fans sepak bola dengan propaganda yang telah disiapkan. Mereka mengunggah sebuah video seorang polisi yang dipenggal kepalanya. Tertulis sebuah pesan, "This is our ball. It’s made of skin WorldCup".
Penggunaan media sosial memiliki dampak strategis maupun taktis di medan pertempuran. Dua pekan sebelum pasukan ISIS menggempur Mosul, Irak, mereka mulai menyebar ancaman mati lewat Facebook kepada setiap jurnalis yang bekerja di kota itu.
Sebagian besar mereka meninggalkan Mosul atau berhenti bekerja. Ini salah satu alasan mengapa masuknya mereka ke Mosul tak banyak diberitakan. Kampanye melalui Twitter bergerak. Video dan foto eksekusi terhadap tentara Irak diunggah.
Sejumlah pejabat di Kementerian Komunikasi Irak mengungkapkan, pemerintah memblokir media sosial. Unggahan foto dan video berhasil menyusutkan moral para tentara Irak di Mosul. "Twitter harusnya proaktif mencegah propaganda ISIS," ujar Katz.
Juru bicara Twitter, Nu Wexler, pun merespons. Twitter, kata dia, tak secara proaktif memantau konten. Dan kajian baru dilakukan terhadap akun-akun yang dilaporkan kepada Twitter. "Kami menghentikan mereka jika melanggar aturan kami," kata Wexler.
Wexler menolak menjawab pertanyaan tentang penggunaan Twitter oleh ISIS untuk menyebarluaskan ancaman. Sedangkan, Facebook menutup setengah lusin akun yang terkait dengan ISIS. Aktivitas online ISIS telah berlangsung sebelum mereka memasuki Mosul pada Juni lalu.
Mereka memakai platform Twitter, Ask.fm, dan Instagram. Mereka mendokumentasikan kehidupan sehari-hari di Suriah. Pasukan ISIS salah satu kelompok yang mencoba menjatuhkan Presiden Suriah Bashar al-Assad. Selain mereka ada Front al-Nusra, yang sama-sama Alqaidah.
Media sosial mereka gunakan pula untuk merespons jurnalis, juga menjawab pertanyaan mereka yang tertarik bergabung dengan ISIS. Di YouTube, mereka memuat video berseri. Salah satunya The Clashing of the Swords, menggambarkan pasukan ISIS di medan pertempuran.
Menurut Aljazirah, sayap media ISIS juga membuat majalah baru dan editan video, termasuk video kemunculan pertama kalinya pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi di hadapan publik. Baghdadi berceramah di Masjid Agung Mosul menyatakan diri sebagai khalifah.
Pengamat teknologi, Carmy Levy, mengatakan, pengikut Baghdadi benar-benar memahami era media sosial. "Mereka menuai keuntungan dari demokratisasi teknologi," katanya.
Di sisi lain, kata dia, melimpahnya kamera DSLR murah, perangkat lunak untuk mengedit, dan jaringan internet memudahkan ISIS memproduksi pesan virtual yang bisa menjangkau siapa pun. "Ini memudahkan strategi pemasaran ISIS," kata Levy.
Menurut Jamie Bartlett, direktur the Centre for the Analysis of Social Media Demos, pemuda pendukung ISIS berhasil membetot perhatian dunia. Mereka sangat akrab dengan konsep seperti hashtag. Namun tetap saja, ISIS masih lebih banyak bergantung pada kekuatan offline.
Bilal Abdul Kareem, jurnalis independen yang selama dua tahun mendokumentasikan kelompok-kelompok bersenjata di perang Suriah, meragukan kemampuan online ISIS. Melalui media, ISIS hanya dianggap membuat langkah sensasional.
Menurut Kareem, kelompok bersenjata lain di Suriah, bosan dibandingkan dengan pengikut Baghdadi. Sebab, mereka tak sepakat dan menghindari membuat sensasi. Misalnya dengan mengunggah video pembantaian, penyaliban, dan aksi brutal lainnya.
Kelompok-kelompok anti-Assad lainnya mengedepankan pendekatan lebih dewasa. "Mereka lebih fokus untuk menjatuhkan Assad dan menyelamatkan warga tak berdosa daripada esksis di media sosial," kata Kareem. n ap oleh: ferry kisihandi ed: nur hasan murtiaji