Selasa 30 Dec 2014 13:00 WIB

Doa Keluarga untuk Semua Penumpang QZ8501

Red:

Sampai Ahad (28/12) malam, rumah kediaman keluarga pramugari pesawat Air Asia QZ8501, Khairunisa Haidar Fauzi, di Jalan Pipa, Kelurahan Pipareja, Palembang, masih terlihat ramai dipenuhi para keluarga dan kerabat. Malam itu mereka datang dan berdoa bersama dengan membacakan surat Yasin. Doa dipanjatkan dengan harapan dapat segera mengetahui nasib pesawat yang telah dinyatakan hilang itu.

Sementara, orang tua Khairunisa, Haidar Fauzi dan Rohana, sejak Ahad (28/12) sore sudah terbang ke Surabaya memenuhi permintaan manajemen Air Asia agar keluarga awak pesawat yang hilang kontak di atas perairan laut Pulau Belitung tersebut berkumpul di Bandara Juanda. "Kedua orang tua Khairunisa sekarang sudah berada di Surabaya," kata salah seorang kerabatnya, Senin (29/12).

Menurut beberapa kerabat dan tetangga, Khairunisa dikenal sebagai anak yang baik dan ramah. Menurut Roni Somad, salah seorang pamannya, setiap kembali ke Palembang setelah bertugas, Khairunisa kerap memberi cenderamata untuk kerabatnya. "Dia juga selalu berbagi cerita dan pengalamannya yang ditemui saat bertugas sebagai pramugari," kata Roni.

Lahir di Palembang pada 11 Mei 1992, Khairunisa bergabung menjadi pramugari Air Asia sejak 2013. Khairunisa adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Ia menjalani pendidikan di SMP Negeri 9 dan SMAN 6 Palembang, kemudian diterima kuliah di Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya (Unsri). Selain kuliah di Unsri, Khairunisa yang berkeinginan menjadi pramugari kemudian mengikuti sekolah pramugari di Yogyakarta.

Berbeda dengan orang tua Khairunisa, Suharno dan Sri Sumingsrih kemarin masih bisa ditemui di rumah mereka di Kampung Jetak Lor, Kelurahan Bareng Lor, Klaten, Jawa Tengah. Mereka berdua adalah orang tua dari Wismoyo Ari Prambudi (24), pramugara pesawat QZ8501. Ditemani istrinya, Suharno terlihat tak bersemangat sambil terus memandangi layar televisi menunggu berita yang mungkin memberikan kabar baru nasib anaknya.

Sementara, Sri Sumingsrih tak kuasa menahan sedih. Sebentar-sebentar tangisnya pecah saat tetangga atau kerabatnya datang memasuki rumahnya. Salah satu kerabat, Agus Riyanto, berharap pesawat Air Asia QZ8501 dapat segera ditemukan. "Semoga ada mukjizat dari Allah, pesawat ditemukan dan seluruh penumpang selamat," kata Agus.

Suwarto, ayah pilot Air Asia QZ8501 Kapten Irianto, kepada BBC mengaku pasrah meski tetap menginginkan anaknya kembali dengan selamat. Menurut Suwarto, dirinya terakhir bertemu Irianto di pemakaman adik sang kapten yang meninggal dunia akibat diabetes beberapa hari yang lalu. "Saya ingin anak saya pulang dengan selamat. Tapi jika memang ditakdirkan begitu, jika Tuhan tidak menginginkan, itu adalah takdir," kata Suwarto.

Keluarga penumpang pasawat QZ8501 yang berkumpul di ruangan Crisis Center Terminal 2 Bandara Juanda, Surabaya, kemarin juga berdoa bersama. Dalam doa bersama yang diikuti sekitar 100-an orang itu, tampak sejumlah keluarga tak kuasa menitikkan air mata. Seperti dilaporkan Antara, sejumlah awak media dilarang ikut masuk ke dalam ruangan dan hanya bisa mengambil gambar dari luar.

Pada sore hari, ruangan Crisis Center kedatangan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) yang bermaksud menemui para keluarga penumpang QZ8501. Kepada JK, beberapa anggota keluarga penumpang mengeluhkan lambannya upaya pencarian pesawat yang telah dinyatakan hilang itu.

"Kami percaya Indonesia sudah cari. Tapi, apa yang jadi kendala? Kenapa sampai sekarang belum ditemukan, Pak? Padahal banyak yang bantu. Apa hanya asal-asalan? Karena kita di sini stres, tertekan," keluh seorang kerabat korban pesawat Air Asia.

JK pun menanggapi keluhan ini. Menurutnya, proses pencarian pesawat tak mudah dilakukan. Alasannya, pemerintah baru saja mengerahkan tim operasi penyelamatan pada Ahad (28/12) siang, beberapa jam setelah pesawat terkonfirmasi hilang kontak.

"Kita tentu menyadari ini kejadiannya baru kemarin sehingga dibutuhkan beberapa jam kemudian pesawat terbang, datang, dan sebagainya. Kemarin (Ahad) hanya bekerja setengah hari," jelas JK.

Kepada keluarga penumpang QZ8501, JK mengatakan, cuaca buruk terjadi di sekitar titik perkiraan hilangnya pesawat Air Asia. Kondisi itu mengurangi jarak pandang pencarian yang tak lebih dari 300 meter. "Tapi, (pencarian) hari kedua kita berdoa semoga upaya tersebut berhasil," kata JK.

Untuk mempermudah arus informasi yang diterima keluarga, JK pun meminta posko informasi agar dipindahkan ke hotel. Permintaan JK ini berdasarkan keluhan salah satu keluarga yang mengeluhkan sulitnya informasi yang diterima terkait proses pencarian pesawat. "Jadi saya minta tadi agar informasi sebaiknya ruang seperti ini diadakan di hotel, biar tengah malam pun kalau ada info bisa diketahui," JK menambahkan.

Nantinya, posko informasi di hotel itu akan tersambung dengan laporan dari media lewat sambungan internet. "Kalau perlu suara pilot pun dengarkan. Nanti di hotel apa, ada aulanya yang besar. Kasih nyambung dengan yang di sini, perlu pergerakan, dibikin online. Kalau perlu suara pilot yang terbang didengar."

Musibah hilangnya pesawat Air Asia QZ8501 juga disambut rasa simpati dari kalangan netizen. Berbagai ucapan belasungkawa dihaturkan melalui saluran media sosial seperti Twitter dan Facebook. Tagar PrayForAirAsia (Doa untuk Air Asia) dan QZ8501 pun menjadi topik tren di Twitter pada Senin (29/12).

Pesawat Air Asia dengan kode penerbangan QZ8501 rute penerbangan Surabaya-Singapura hilang kontak sejak Ahad (28/12) pagi. Pesawat yang mengangkut 162 awak penumpang plus kru itu lepas landas dari Surabaya sekitar pukul 05.35 WIB dan dijadwalkan tiba di Singapura pada pukul 08.20. Namun, pesawat tersebut hilang kontak dengan menara kontrol lalu-lintas udara (ATC) pada pukul 07.24 WIB. n dessy suciati saputri/c07 rep:Maspriel Aries,Edi Setiyoko ed: andri saubani

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement