Ahad 13 Mar 2016 13:38 WIB

Serap Gabah Petani

Red: operator
 petani tengah menjemur gabah keringnya.
Foto: Antara/Fiqman Sunandar
petani tengah menjemur gabah keringnya.

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Sesuai instruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kementerian Pertanian (Kementan) mengadakan program penyerapan gabah nasional untuk menanggulangi turunnya harga gabah pada tingkat petani pada masa musim panen Maret dan April.

Kementerian bersama dengan Badan Urusan Logistik (Bulog), Bank Rakyat Indonesia (BRI), pemerintah setempat, serta TNI mencanangkan program tersebut di areal 10 hektare lahan Desa Babakan, Kecamatan Cisaat, Sukabumi, Jawa Barat, Sabtu (12/3), atau bertepatan dengan panen perdana di provinsi itu.

Desa Babakan memiliki lahan persawahan seluas 1.200 hektare dan juga merupakan salah satu sentra padi yang masih didapati harga kotor gabah kering panen (GKP) sebesar Rp 3.300 atau di bawah harga pembelian pemerintah (HPP) yang sebesar Rp 3.700/kilogram.

"Menyerap gabah langsung kepada petani adalah memotong mata rantai dagang beras sehingga harga pangan pokok ini di masyarakat stabil. Adanya jaminan harga beli di petani mendorong kegairahan mena nam dan bertani yang pada akhirnya akan menjamin ketersediaan dan kedaulatan pangan nasional," kata Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Sabtu.

Selama ini, kata dia, memang ada yang memanfaatkan harga gabah dan beras, khususnya saat memasuki musim panen raya. Bahkan, informasinya, tengkulak hanya memberi gabah kering giling (GKG) dengan harga Rp 3.700. Padahal, sesuai HPP, harga GKG mencapai Rp 4.600 kemudian harga GKP Rp 3.750 dan beras Rp 3.750. "Kami terus berupaya memutus mata rantai distribusi. Jika program ini berjalan baik, harga beras di pasar dipastikan akan selalu stabil," tambahnya.

Dari program ini, Amran menargetkan bisa menyerap sekitar empat juta sampai lima juta ton GKG dari petani di seluruh Indonesia. Progam ini akan terus dijalankan di seluruh Indonesia dengan diawali di Jabar sebagai salah satu daerah lumbung beras nasional, khususnya Kabupaten Sukabumi, dengan angka produktivitas 6,6 ton per hektare.

Amran menerangkan, Bulog dan BRI siap membayar harga gabah secara tunai dalam jangka waktu 1 x 24 jam. "Kita akan menyelamatkan produksi gabah petani saat panen puncak ini, harga tidak boleh turun lagi," cetus dia.

Respons positif

Bupati Sukabumi Marwan Hamami menambahkan, pemkab sangat menyambut positif program serap gabah yang dijalankan pemerintah pusat. "Saat musim panen raya Maret-April, biasanya harga gabah anjlok," ujar dia.

Marwan mengatakan, program ini akan memberikan jaminan harga dan pasar bagi para petani di daerah. Harapannya, para petani akan terus bersemangat dalam mengolah lahan pertaniannya secara berkelanjutan.

Sementara, Bulog Divisi Regional Kabupaten Lebak dan Pandeglang siap menyerap gabah petani panen Maret-April 2016 dengan HPP. "Kami minta petani menjual gabah ke Bulog dan tidak ke tengkulak," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Dede Supriatna, Sabtu.

Penyerapan gabah tersebut berdasarkan hasil rapat bersama Bulog dan Dinas Pertanian serta Kodim 0603 Lebak yang digelar pada Jumat. Saat ini, petani Kabupaten Lebak pada Maret panen padi seluas 18 ribu hektare sehingga dapat menyumbangkan ketahanan pangan di daerah itu.

Karena itu, ia meminta petani menjual gabah ke Bulog dengan HPP untuk GKP Rp 3.750/kg dan GKG Rp 4.600/kg. Berdasarkan pantauan di Pasar Rangkasbitung, pasokan beras lokal dari berbagai daerah di wilayah Kabu paten Lebak terbilang melimpah. Para pedagang mendatangkan beras lokal karena permintaan pasar cukup tinggi dan kualitasnya relatif bagus. Umumnya, beras lokal itu hasil panen Februari-Maret 2016 dan kemungkinan berlangsung hingga Mei.

"Kami menjamin panen tahun ini melimpah karena tidak ada serangan hama maupun penyakit organisme pengganggu tanaman (OPT)."

Sementara, harga GKP pada tingkat petani di Bali pada Februari 2016 mengalami penurunan sebesar 0,99 persen jika dibandingkan Januari. "Demikian pula, harga gabah pada tingkat penggilingan menurun 1,1 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Sabtu.

Ia mengatakan, harga gabah tersebut jauh di atas HPP, yakni pada tingkat petani sebesar Rp 4.768,84/ kg dan pada tingkat penggilingan Rp 4.837,17/kg.

Transaksi GKP tertinggi pada tingkat petani terjadi di Kabupaten Karangasem sebesar Rp 5.151,51/kg untuk varietas Cigeulis. Sedangkan, harga terendah terjadi di Kabupaten Gianyar seharga Rp 4.400/kg untuk varietas Cigeulis.

Menurunnya produksi padi di Bali selama 2015 secara umum akibat berkurangnya luas panen yang men - capai 5.312 hektare (3,72 persen) di lima wilayah, yakni Tabanan, Ba dung, Bangli, Karangasem, dan Bu leleng.

"Berkurangnya luas panen paling tinggi terjadi di Kabupaten Tabanan yang mencapai 4.518 hektare (12,25 hektare)," ujar Adi. rep: Riga Iman, Hasanul Rizqa antara, ed: Mansyur Faqih

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement