JAKARTA — Sektor industri Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan dalam menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 mendatang. Namun, apabila bisa dimanfaatkan dengan baik, akan menjadi peluang besar bagi produk industri nasional.
“Tantangan pembangunan ini semakin besar,” kata Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Alex SW Retraubun di Jakarta, Selasa (10/6).
Tantangan besar bagi Indonesia mengingat jumlah penduduk yang sangat besar. Apabila Indonesia tidak bisa menjadi pelaku pasar, akan menjadi target pasar terbesar bagi negara lain ASEAN.
Menurutnya, momen MEA merupakan sejarah penting bagi Indonesia. Indonesia dinilai perlu mengambil langkah penting dalam mengembangkan industri nasional. Saat ini, sektor-sektor industri unggulan harus bisa menguasai pasar ASEAN dan dalam negeri. Indonesia harus bisa menjadi pemain utama di dalam negeri.
Saat ini, ada sembilan sektor yang menjadi fokus pengembangan menguasai pasar ASEAN. Sedangkan untuk menguasai pasar dalam negeri, fokus pengembangan sector, yaitu industri otomotif, elektronika konsumsi, semen, pakaian jadi, alas kaki (casual shoes), furnitur, serta makanan dan minuman.
Alex menjelaskan, meski kondisi perekonomian yang masih belum stabil, industri pengolahan nonmigas mampu tumbuh 5,56 persen pada kuartal I 2014. Ini lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi yang sebesar 5,21 persen.
Cabang industri yang tumbuh tinggi, di antaranya industri makanan, minuman dan tembakau sebesar 9,47 persen, alat angkut, mesin dan peralatan (6,03 persen), serta barang kayu dan hasil hutan lain (5,17 persen).
Alex menjelaskan, Pulau Jawa juga harus dimaksimalkan sebagai tempat industri padat karya. Dari sisi sumber daya manusia (SDM) di Pulau Jawa lebih unggul dibandingkan daerah lainnya.
Sebab, di provinsi lain pembangunan masih jauh tertinggal. Adanya kenaikan upah minimum bisa menolong berkembangnya industri daerah. “Ini menjadi satu tren yang menarik,” ujar Alex.
Saat upah minimum di Jakarta tinggi, para investor beralih ke daerah dalam mendapatkan SDM. Upah di daerah masih jauh di bawah Jakarta. Meski ada sisi memberatkan dari berbagai pihak namun ada berkah pula bagi industri di daerah. Hal ini bisa menjadi langkah dalam menarik investor untuk melirik industri di daerah.
Selain itu, bahan baku industri juga banyak terdapat di daerah. Sehingga, bisa menarik investor untuk terjun ke industri daerah.
Ketertarikan investor di daerah mungkin masih kurang. Sebab, industri yang ada saat ini memang belum berkembang dengan baik. Namun beberapa perubahan, seperti keharusan membangun smelter bisa menjadi langkah awal industri daerah bisa semakin maju.
Salah satu yang menghambat perkembangan industri daerah masih masalah klasik, yakni infrastruktur. Dari dulu hingga saat ini masih belum terselesaikan dengan baik.
Selain itu, Pemerintah Bengkalis, Riau, menuntut agar pengusaha industri kecil dan menengah di daerah itu mampu menghasilkan produk-produk dengan kualitas bersaing dengan produk sejenis dari negara di ASEAN.
“Karena pada 2015, akan diberlakukan MEA. Saat itu, semua produk dari berbagai negara di ASEAN akan bebas masuk,” kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Bengkalis, Ismail.
rep:nora azizah/antara ed: zaky al hamzah
Sembilan Sektor Andalan Hadapi MEA
1. CPO, kakao, dan karet
2. Ikan dan produk olahan
3. Tekstil dan produk tekstil
4. Alas kaki dan produk kulit
5. Furnitur
6. Makanan dan minuman
7. Pupuk dan petrokimia
8. Mesin dan peralatannya
9. Logam dasar besi dan baja