Kamis 29 Dec 2016 17:15 WIB

Ketika IoT Mengambil Alih

Red:

Sejak akhir 2015, masyarakat mulai diperkenalkan dengan internet of things (IoT). Perlahan tetapi pasti, industri telekomunikasi dan teknologi juga mulai bergerak ke arah mempersiapkan pasar menghadapi era baru yang akan segera tiba.

Ericsson Mobility Report 2016 mengungkapkan, IoT akan menjadi kategori terbesar dalam perangkat-perangkat terkoneksi pada 2018 mendatang. Sementara, antara 2015 hingga 2021, jumlah perangkat terkoneksi akan tumbuh sebesar 23 persen tiap tahun.

Ericsson Mobility Report merupakan salah satu analisis terdepan terhadap lalu lintas data. Dalam laporan tersebut diprediksi, pada 2021 nanti terdapat 28 miliar perangkat terkoneksi, di mana 16 miliar di antaranya merupakan perangkat IoT.

Eropa Barat masih akan memimpin dengan pertumbuhan IoT sebesar 400 persen. Secara prinsip, wilayah tersebut memang unggul karena mendorong negara berkembang ke arah teknologi barang pintar. Salah satunya melalui mobil elektrik terkoneksi. "Era barang pintar terakselerasi selagi harga perangkat menurun, dan pada waktu yang sama, aplikasi inovatif juga banyak bermunculan," ujar Senior Vice President and Chief Strategy Officer (CSO) Ericsson Rima Qureshi.

Selama pelanggan ponsel pintar terus meningkat maka perkembangan IoT pun terus bertambah. Ericsson sebagai salah satu perusahaan infrastruktur jaringan besar membuat IoT menjadi salah satu fokus pengembangan teknologi.

Teknologi tersebut merupakan transformasi fundamental dalam masyarakat berjejaring. Ericsson berfungsi sebagai jembatan antara operator dan industri untuk membuat mereka saling terkoneksi.

Dukungan infrastruktur memang penting untuk menerapkan IoT. Namun, hal yang menonjol dari Indonesia, penggunaan perangkat berjejaring bukan main hebatnya.

Mungkin ponsel pintar yang terkoneksi pada wearable device memang belum banyak. Namun, bila melihat masyarakat Indonesia yang mengadopsi teknologi perangkat mobile terus meningkat, tren wearable device atau perangkat IoT lain tidak akan sulit diterima pasar. "Indonesia sendiri sudah sangat siap dalam menghadapi perkembangan internet of things," kata Country of Manager Qualcomm Indonesia Shannedy Ong.

Sebab, ponsel pintar begitu pesat perkembangannya. Kemudian pengguna juga terus menuntut perangkat mobile lebih canggih guna memenuhi kebutuhan konsumsi data. Tren perangkat yang saling terkoneksi juga akan menjadi tuntutan pasar Indonesia dalam beberapa tahun mendatang.

Ketika pengembang teknologi menciptakan suatu temuan baru maka pada saat itu pula konsumen merespons produk atau benda berteknologi mumpuni. IoT tentu tidak akan bisa berjalan sempurna tanpa dukungan jaringan.

Qualcomm dengan chipset buatannya juga sudah mendukung perkembangan teknologi jaringan, terutama terkait 5G. Tak hanya terus menyediakan permintaan produsen tetapi juga melakukan pengembangan dan riset terkait chipset.

Bahkan, chipset Qualcomm juga sudah siap digunakan pada beberapa mobil pintar buatan Eropa. "Internet of things memang sudah menjadi tren dunia teknologi, bahkan ke depannya akan lebih banyak perangkat yang menggunakan chipset," ujar Shannedy .

IoT bukan hanya koneksi antara manusia dengan perangkat, tetapi juga perangkat satu ke lainnya. Untuk mendukung tren tersebut, chipset untuk perangkat IoT memiliki fungsi lebih khusus, yakni penghemat daya. Hal itu diperlukan karena ke depannya tiap perangkat akan sangat mengandalkan konektivitas.

Komunikasi manusia dengan mesin

Prediksi tingginya penggunaan teknologi IoT juga dikemukakan ZTE sebagai perusahaan pembangun infrastruktur jaringan.

Peningkatan konsumsi internet mobile tak hanya terlihat dari pemakaian individu dan perusahaan, tetapi juga menciptakan komunikasi data dari person-to-person menjadi person-to-machine, bahkan machine-to-machine. Itu sebabnya jumlah perangkat terkoneksi akan mencapai 50 sampai 10 miliar perangkat di dunia dalam beberapa tahun mendatang.

Teknologi IoT akan berpengaruh terhadap industri. "Banyak industri akan menggunakan teknologi IoT, salah satunya pertanian," ungkap Senior Director Marketing and Business Strategy for Global IoT Strategy ZTE Corporation Silvio Fernandez.

Dalam penerapan IoT, ZTE menggunakan salah satu teknologi Unlicensed Spectrum atau Open Spectrum. Jaringan IoT milik ZTE sudah diterapkan untuk pertanian pada sebuah daerah di Peru, Amerika Selatan.

Daerah tersebut jauh dari kota dan hanya ada satu operator saja yang berada di dekat daerah tersebut. Namun, lahan pertanian ingin menggunakan teknologi IoT dalam proses pengelolaan hingga produksi.

Mustahil bila memanfaatkan jaringan operator utama untuk membuat koneksi. Dengan teknogi unlicensed spectrum, kondisi tersebut bisa terselesaikan.

Unlicensed spectrum ibarat jaringan kedua dari operator yang sudah ada. Cara kerjanya seperti ponsel pintar. Ketika pengguna tidak menggunakan jaringan operator ponsel maka pengguna bisa menyalakan Wi-Fi untuk mendapatkan koneksi.  ed: setyanividita livikacansera

***

Perlu Waktu Adopsi Teknologi

Ahli internet of things (IoT) Teguh Prasetya menjelaskan, tidak sulit bagi Indonesia mengadopsi produk IoT, hanya membutuhkan waktu. Dari sisi karakter, konsumen Indonesia jauh lebih agresif dalam menerima produk teknologi.

Namun, ia melihat masyarakat memerlukan waktu untuk beradaptasi, terutama dalam penggunaan barang-barang IoT, seperti televisi pintar, wearable device, atau perangkat lainnya. Produk wearable device memang tidak terlalu terdengar gaung kesuksesannya di Indonesia pada tahun ini.

Namun, pada tahun depan dan berikutnya, produk-produk tersebut akan banyak dicari masyarakat. Sebab, hampir semua produk IoT diprediksi akan mampir ke Indonesia dalam beberapa tahun ke depan.

Bahkan, wearable device yang akan meramaikan pasar tidak hanya buatan Amerika atau Korea saja, tetapi juga termasuk produk Cina.

Memasuki 2017, beberapa ahli menyebutkan, teknologi IoT akan makin mendominasi pada tahun depan. Penggunaannya akan mendukung semua bentuk bisnis. Penerapannya juga akan bersanding dengan beberapa teknologi lain, salah satunya  artificial intelligence (AI).

Forrester belum lama ini bahkan membuat prediksi tentang IoT bertajuk "Predictions 2017: Security and Skill Will Temper Growth of IoT". Dalam prediksi tersebut, Forrester menyebutkan beberapa poin penting yang akan terjadi pada era pintar.

Termasuk, ia juga melihat para perusahaan besar, seperti IBM, Microsoft, Cisco, dan lainnya yang akan berinvestasi besar-besaran dalam industri IoT. Beberapa produk IoT yang sebelumnya sudah ada, seperti jam tangan pintar hingga perkakas rumah tangga, juga akan terus diproduksi dalam jumlah besar.

Produk akan dibuat semakin canggih dan pintar, bahkan bisa berkomunikasi dengan penggunanya. Pengaruh IoT juga akan terasa dengan perkembangan sistem rumah pintar, terutama pada produk kunci pintar.

Beberapa jenis teknologi smart key juga akan lahir dalam waktu dekat. Teknologi tersebut akan memudahkan sistem perangkat lunak jasa transportasi hingga aplikasi pemerintahan. rep: Nora azizah ed: Setyanavidita Livikacansera

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement