TRIPOLI -- PBB mengevakuasi sejumlah staf asing mereka dari Libya, Ahad (13/7). Evakuasi itu dilakukan menyusul kekerasan yang terjadi antarmilitan.
"Sementara ini, kami dapat mengonfirmasi bahwa beberapa staf internasional di Libya telah dipindahkan untuk sementara waktu, hingga situasi keamanan membaik," ujar Farhan Haq, juru bicara PBB, dilansir Reuters, Senin (14/7). Sayang, dia tidak menyebutkan secara rinci staf yang dipindahkan.
Seorang sumber mengatakan, PBB tak menutup kemungkinan untuk memindahkan seluruh staf mereka dari Libya jika kondisi di negara itu terus memburuk. Pada Ahad (13/7) pertempuran sengit terjadi antarkelompok militan untuk memperebutkan bandara utama di ibu kota Tripoli, Libya. Dalam pertempuran itu, sedikitnya tujuh orang tewas. Seluruh penerbangan, baik domestik maupun internasional terpaksa dibatalkan.
Kementerian Kesehatan Libya mengonfirmasi, sebanyak 36 orang terluka dalam bentrokan yang terjadi di dekat bandara. Warga setempat mengatakan, pertempuran terjadi antara kelompok milisi dari wilayah Zintan dan kelompok Misrata.
Kelompok Zintan telah menguasai bandara utama di Tripoli, sejak penggulingan Presiden Muamar Khadaffi pada 2011. Kelompok pro-Misrata dalam laman situs mereka mengatakan, serangan itu ditujukan untuk membebaskan bandara dari kekuasaan Zintan. Setelah berhasil merebut bandara, mereka berencana untuk menyerahkan kembali pada Pemerintah Libya.
Perdana Menteri Libya Abdullah al-Thinni menyatakan, operasi kelompok Misrata dilakukan tanpa petunjuk dari pemerintah.
Upaya perebutan bandara yang dilakukan kelompok Misrata juga bisa dikenakan sanksi. "Operasi perebutan bandara ini dipimpin oleh para pemimpin yang berasal dari warga sipil yang diperintah oleh pasukan Misrata, bukan dari pemerintah," ujar Thinni seperti dikutip Aljazirah.
Pasukan milisi Misrata yang berasal dari nama kota di barat Libya adalah kelompok yang bekerja sama dengan pemerintah. Mereka dimasukan ke dalam daftar gaji oleh pemerintah. Mereka ditugaskan untuk membantu pemerintah memperkuat keamanan negara.
Dalam pertempuran yang berlangsung di bandara kemarin, Al Nabaa TV melaporkan, asap tebal menyelimuti pesawat Libyan Airlines dan beberapa pesawat maskapai lain yang ada di sekitar area landasan.
Beberapa media sosial, seperti Facebook juga memperlihatkan foto-foto yang menunjukkan asap tebal di lapangan parkir di terminal bandara. Para penumpang dan orang-orang yang berada di bandara dilaporkan terjebak dalam gedung terminal.
Pertempuran antara kelompok milisi ini menjadi kekerasan terburuk yang terjadi di ibu kota negara selama enam bulan terakhir. Sebelumnya, pertempuran terburuk di Tripoli terjadi pada November tahun lalu. Saat itu, milisi dan warga terlibat bentrok. Dalam kejadian itu, lebih dari 40 orang tewas.
Libya telah dilanda kekerasan dalam beberapa bulan terakhir yang sebagian besar terjadi di wilayah timur negara itu. Pertempuran juga kerap pecah antarapasukan Tentara Nasional Libya (LNA) yang dipimpin pensiunan Jenderal Khalifa Haftar dan kelompok yang mereka tuding sebagai Islam garis keras di Benghazi. Libya tak kunjung stabil pascajatuhnya Muamar Qadafi. rep:c66 ed: teguh firmansyah