MURSITPINAR – Kurdi merasa berjuang sendiri menghadapi Negara Islam Irak dan Suriah di Kobani. Kota yang mayoritas dihuni warga Suriah beretnik Kurdi dan berbatasan dengan Turki. Mereka kian khawatir Kobani akhirnya tak bisa dipertahankan.
Lebih dari dua pekan, ISIS menggempur sekitar Kobani dan menyebabkan 180 ribu warga kota itu mengungsi ke Turki. Saat ini, jarak ISIS tinggal sekitar dua kilometer dari Kobani. Serangan udara AS dan negara sekutunya gagal mengadang laju ISIS.
Kepala Otoritas Pertahanan Kobani Esmat al-Sheikh menuturkan, pertempuran berlanjut. Pasukan Kurdi hanya mengandalkan senjata ringan. ‘’Jika mereka berhasil masuk Kobani, kota ini menjadi kuburan bagi kami dan mereka,’’ katanya, Senin (6/10).
Sheikh tak akan membiarkan ISIS merebut Kobani sepanjang dia dan pasukannya hidup. Ismail Eskin, jurnalis di Kobani, menyatakan moral perlawanan Kurdi masih tinggi. Sebab, mereka mempertahankan tanah kelahiran sendiri.
Anggota perempuan pasukan Kurdi pada Ahad (5/10) meledakkan diri setelah kehabisan amunisi melawan ISIS. Ia memilih mati daripada ditangkap ISIS. ‘’Kurdi memiliki amunisi tetapi terbatas,’’ ujar Pawer Mohammed Ali, penerjemah Partai Demokratik Kurdi, di Kobani.
Dengan keterbatasan itu, Kurdi harus melawan ISIS yang menggunakan senjata berat, tank, dan mortir. Idris Nassan, juru bicara pasukan Kurdi, menyatakan, serangan udara tak mampu mengalahkan ISIS yang merangsek ke Kobani.
Kelompok militan ini mengepung Kobani dari tiga penjuru. Jet tempur tak dapat membidik pasukan darat ISIS dari masing-masing penjuru. Kuncinya pada taktik ISIS yang jitu. Saat sebuah jet tempur mendekat, mereka segera meninggalkan posisi mereka yang terbuka.
Kemudian, mereka bersembunyi agar tak terjangkau serangan udara AS dan koalisinya. ‘’Hal yang paling kami butuhkan sekarang adalah dukungan pasukan darat. Kami juga perlu senjata berat dan amunisi,’’ kata Nassan, seperti dikutip laman berita Guardian.
Di Washington, perdebatan mengenai efektivitas serangan udara di Irak dan Suriah terus berlangsung. Sejumlah pihak mendesak agar segera mengirimkan pasukan darat. rep:dessy suciati saputri/gita amanda/reuters ed: ferry kisihandi