SEOUL — Pejabat tinggi militer Korea Utara (Korut) dan Korea Selatan (Korsel) melakukan pertemuan rahasia, Rabu (15/10). "Insiden saling tembak di perbatasan yang terjadi belum lama ini menjadi agenda utama pertemuan," kata Kementerian Pertahanan Korsel.
Juru Bicara Kementerian Pertahanan Korsel Kim Min-seok mengungkapkan, Korut yang meminta adanya pertemuan. Menurut dia, ini pertama kalinya sejak lebih dari tiga tahun lalu militer kedua negara bertemu membahas sejumlah persoalan.
"Muncul keinginan serius dari kedua negara untuk meningkatkan hubungan baik. Namun, masih ada perbedaan yang belum bisa kami selesaikan," kata Kim.
Pada Jumat (10/10), militer Korut menembak balon-balon yang diterbangkan aktivis Korsel. Balon berisi selebaran yang mengkritik pemimpin Korut Kim Jong-un. Sejumlah peluru menyeberang ke wilyah Korsel. Lalu, tentara Korsel membalas melepaskan tembakan.
Beruntung, peristiwa saling melepas tembakan itu tak menyebabkan jatuhnya korban. Sebelumnya, saling tembak juga terjadi. Pemicunya, kapal patroli Korut memasuki perairan sengketa yang diklaim oleh kedua negara.
Park Jie-won, anggota parlemen Korsel dari kubu oposisi, mengungkapkan, pertemuan berlangsung di Desa Panmunjom yang merupakan zona demiliterisasi. Kantor berita Korsel, Yonhap, juga memberitakan soal pertemuan tersebut.
"Pembicaraan antara pejabat tinggi militer dua Korea dimulai pukul 10.00 waktu setempat," demikian berita Yonhap. Sumber di parlemen Korsel mengungkapkan, Korut tak ingin pertemuan dipublikasikan. Pertemuan militer serupa pernah berlangsung pada Februari 2011.
Pada 4 Oktober, Korut mengirimkan delegasi tingkat tinggi ke negara tetangganya di selatan. Mereka setuju kembali bertemu untuk melanjutkan perundingan yang tertunda pada Februari. Diharapkan ada terobosan.
Pemerintah Presiden Park Geun-hye mengusulkan perundingan dilakukan awal November 2014. Isu yang diusung mengenai reuni keluarga yang terpisah selama Perang Korea 1950-1953 dan penerapan sanksi setelah sengketa militer pada 2010.
Kejadian itu menyebabkan tewasnya tentara dan warga sipil Korsel. Secara teknis, Korut dan Korsel masih dalam keadaan perang. Sebab, belum ada traktat perdamaian yang ditandatangani dua negara yang sering bersengketa itu. n ap/reuters rep: lida puspaningtyas ed: ferry kisihandi