Ahad 24 Jul 2016 17:24 WIB

Wisata Batin di Tepian Cordoba

Red: Arifin

Oleh Irfan Junaidi

 

Pesantren Al Queria de Rosales menyediakan banyak program untuk berwisata sambil mengisi batin dengan muatan spiritual.

Menembus terik dan suhu tinggi kota Cordoba, Minister Counsellor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Madrid, Spanyol, Adi Priyanto, memacu kendaraan di jalur lurus menuju kota kecil bernama Puebla de Fabrique. Suhu udara yang terlihat di layar indikator yang terpasang di dashboardmobil menunjukkan angka 45 derajat Celsius.

Dengan kecepatan rata-rata di atas 100 km/jam, Adi menempuh perjalanan berjarak sekitar 220 km dari Cordoba menuju Puebla itu dalam waktu kurang dari tiga jam.

Begitu melewati kota kecil tersebut, terdapat perempatan jalan. Adi kemudian membelokkan kendaraannya ke arah kiri menuju jalan sempit yang meliuk. Jalur tersebut sangat sepi dan melintasi lahan-lahan pertanian.

Sekitar empat kilometer dari perempatan tersebut, perjalanan terhenti di kompleks bangunan pesantren bernama Al Queria de Rosales.

Kompleks ini memiliki bangunan utama di bagian depan, masjid di bagian belakang yang berdam pingan dengan asrama. Kompleks bangunan tersebut di kelilingi lahan pertanian dan perbukitan zaitun.

Di bangunan utama terdapat kafetaria, ruang kantor, pusat pengendalian sistem informasi, ruang konferensi berkapasitas sekitar 500 orang, ruang pertemuan, juga perpustakaan. Sedangkan bangunan asrama terbagi dalam tiga jenis kamar yakni berukuran besar, sedang, dan kecil. Ruangan yang kecil di pakai untuk para murid pesantren.

Sedangkan ruangan yang sedang dan besar ditempati para pengajar.

Menurut pimpinan pesantren tersebut, Abdus Samad Antonio Romero, keseluruhan lahan pesantren luasnya 120 hektare. Sebagian besar lahan tersebut berupa lahan perkebunan zaitun dan buah-buahan.

Sebagian lagi berupa taman yang didominasi pohon cemara dan bunga-bunga mawar. Sisa lahannya ditempati bangunan, lapangan olahraga, dan kolam renang. Didalam kompleks pesantren terdapat jalan- jalan setapak berlapis kerikil putih yang sangat nyaman untuk jalan kaki.

Pepohonan rindang yang tumbuh di sekeliling menjadikan areal pesantren terasa sangat sejuk. Di musim panas sekalipun, udara di wilayah ini tidak terasa panas. Karena itulah ruangan-ruangan di pesantren tersebut umumnya tidak dilengkapi perangkat pendingin udara. Sebaliknya, di musim dingin juga udara di wilayah tersebut tidak terlalu dingin, sehingga perangkat pemanas ruangan juga tidak banyak terlihat.

Berbeda dengan pesantren pada umumnya, ruang makan di kompleks ini ditata mirip kafe. Kursi-kursi di tempat makan ditata rapi. Ada tempat makan yang berada di dalam ruangan, ada pula tempat makan yang ditata di luar ruangan. Tempat makan luar ruangan berada di samping bangunan utama. Kursi berwarna hijau diatur rapi di tempat ini.

Bagian samping tempat makan luar ruangan ini ditumbuhi tanaman anggur. Suasana berlibur sangat terasa di sini. ed: Nina Chairani

 

 

Nyantri Sambil Berwisata dan Berkebun,

Pada sepuluh hari terakhir Ramadhan lalu, pesantren Al Queria de Rosales menjadi tempat wisata ruhani sekitar 20 orang dari berbagai negara. Mereka datang dari Inggris, Jerman, Amerika Serikat, juga beberapa wilayah lain di Spanyol.

Mereka menghabiskan waktu di pesantren tersebut untuk menikmati alam, berlatih berkebun, serta mende ngar kan ceramah agama.

Selama di pesantren mereka juga menda patkan pelajaran bahasa Arab.

Mereka yang ada di pesantren tersebut memang dikondisikan untuk fokus menikmati wisata alam dan wisata batin. Area pesantren ini berjarak sekali dengan masyarakat.

Sepanjang mata memandang dari area pesantren, yang terlihat adalah bukit bukit hijau dan lahan pertanian.

Di ujung bukti terlihat Gunung Azzagra yang merupakan gunung tertinggi kedua di Spanyol.

"Kalau banyak manusia di sekitar sini mungkin akan lebih menyenangkan," tutur Yasin, salah satu santri yang akhir Ramadhan lalu `mondok' di pesantren tersebut. Yasin lebih banyak menghabiskan waktu pelesirannya untuk berenang, bermain sepeda, serta berlatih berkebun. Bocah berumur 14 tahun itu tinggal di Granada. Untuk mengisi Ramadhan, dia dikirimkan orang tuanya ke pesantren tersebut.

Sebagian `santri' yang menghabiskan akhir Ramadhan dilokasi tersebut juga merupakan pasangan mu da.

Mereka tinggal di tempat ter se but dengan membawa serta bayinya. Di pagi hari, bayi-bayi itu dido rong dengan kereta dorong menge lilingi perkebunan. Karena banyak ditumbuhi pohon rindang, sebagian jalan setapak yang melingkari wilayah pesantren menjadi teduh.

Tak hanya di bulan Ramadhan, pesantren tersebut juga menyediakan banyak program lain yang bisa di man - faatkan semua kalangan untuk berwisata sambil mengisi batin dengan muatan spiritual. Sebagian besar program berlangsung satu pekan hingga dua pekan. Peserta program- program di pesantren ini umumnya diajak wisata alam sambil belajar berkebun, dan mendalami akidah Islam.

Menara masjid menjadi titik yang sangat strategis untuk melihat wilayah perbukitan di sekitar pesantren dengan sudut pandang yang lebih luas. Menara setinggi kira-kira 15 meter itu dilengkapi tangga yang memudahkan pengunjung untuk memanjatnya. Di puncak menara terdapat pelataran kecil yang bisa menjadi titik berdiri untuk memandang hamparan pesantren dan ladang pertaniannya dari ketinggian.    

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement