Ahad 14 Sep 2014 13:15 WIB

Semua Karena Stasiun Purwakarta

Red: operator

Pemerhati sejarah Purwakarta, Garsoebagdja, menyebut bahwa stasiun kereta beserta jalurnya, merupakan "biang" dari segala kemajuan ekonomi Purwakarta. Tak hanya keberadaan kantor keresidenan yang membuntuti rampungnya jalur kereta api. Beberapa kemajuan ekonomi meningkat dengan hadirnya beberapa pasar lokal di sepenjuru Purwakarta. Sebut saja keberadaan Pasar Rebo yang menjadi permu kiman orang Arab, hingga Pasar Jumat yang menjadi ruang aktivitas orang-orang Tionghoa."Stasiun kereta membuat wajah Purwakarta 180 derajat jauh lebih modern," ujarnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:raisan al farisi/republika

Gedung Kembar Utara (Gedung Nakula saat ini) yang berada di kawasan perniagaan pada abad 19 di Kabupaten Purwakarta.

Stasiun kereta terletak di Jalan Kolonel Kornel Singawinata No 1. Jaraknya hanya seperempat kilometer dari kantor keresidenan. Pada malam hari, halaman stasiun menjadi ruang terbuka bagi anak-anak muda dengan berbagai aktivitasnya.

Jalur kereta yang melintasi Purwakarta diba ngun bertahap. Rintisan ini dimulai oleh perusahaan kereta swasta di Jakarta, Batavia Ooster Spoorweg Maatschappij (BOSM) yang membuka lintas pertama Batavia-Bekasi pada 31 Maret 1887. Kembali mengeksploitasi jalur, BOSM me lanjutkan rel kereta api Batavia-Karawang pada 20 Maret 1898.

Jalur Karawang yang kemudian menyentuh Purwakarta terjadi ketika BOSM menjual asetnya kepada Pemerintah Hindia Belanda. Melalui perusahaannya, Staatsspoorwegen (SS), jalur me nu ju Purwakarta diresmikan pada 1902. "Sedangkan rute terus ke Padalarang dibangun dan rampung pada 1906," kata Garsoebagdja menambahkan.

Konon, pembangunan dilakukan untuk meminimalkan biaya angkut hasil bumi Priangan me nuju Batavia atau pelabuhan di Cirebon. Sebab, sebelum melalui jalur ini, distribusi pengangkutan dilakukan melalui jalur sewa pada koridor Bata via-Bogor-Sukabumi-Cianjur-Bandung. Sebab, saat itu rute masih milik swasta, Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM).

Berjalan di sekitaran stasiun, ada kenangan yang masih terus membekas. Meski tampilan ba ngunannya sederhana, stasiun ini menyiratkan banyak fungsi. Stasiun juga menjadi depo kereta. Di halaman belakang berjejer dan ditumpuk berbagai model kereta yang mangkrak. Sejak zaman kolonial, stasiun ini juga menjadi bengkel lokomotif. Ini lantaran posisi stasiun yang mengarah ke Bandung merupakan awal dari rel yang menanjak dan berkelok.

Lebih jauh berkeliling ke sisi timur, Stasiun Purwakarta juga memiliki beberapa gudang-gudang bekas penumpukan barang. Mulai gudang penumpukan beras, hingga alat-alat berat. Diketahui sebelumnya, stasiun ini jadi penyimpanan alat-alat dan material berat untuk proyek beberapa stasiun di jalur menuju Bandung. Saking bejibunnyagudang, jalan di sisi timur ini dikenal masyarakat dengan nama Jalan Gudang.

"Waktu kecil dulu (1950-an--Red), gudang itu dipakai anak-anak untuk main petak umpet," kenang Supardi, warga sekitar stasiun.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement