Kamis 25 Sep 2014 12:00 WIB

Demi Layani Jamaah, 150 Dokter tak Berhaji Saat Wukuf

Red:

JEDDAH -- Sebanyak 150 dokter dari 400 dokter yang menangani jamaah haji Indonesia berkomitmen tidak menjalankan ibadah haji selama pelaksanaan wukuf di Arafah. Mereka sudah menandatangani kontrak tidak berhaji karena sudah berhaji pada tahun sebelumnya. Tahun lalu, jumlah dokter yang tidak berhaji saat bertugas melayani jamaah haji sebanyak empat orang.

Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang juga Kepala Bidang Kesehatan Haji Indonesia dr Fidiansjah menyatakan, jumlah dokter yang tak berhaji saat wukuf di Arafah melonjak tajam dibandingkan tahun lalu. "Tahun lalu, hanya empat, termasuk saya," ujar Fidiandjah, ditemui seusai rapat koordinasi persiapan Armina (Arafah, Muzdalifah, dan Mina) Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) di kantor Teknis Urusan Haji (TUH) KJRI di Jeddah, Arab Saudi (23/9) siang waktu Arab Saudi (WAS).

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Yogi Ardhi/Republika

Ribuan jamaah haji berkumpul di sekitar Jabal Rahmah, Padang Arafah.

Awalnya, kata Fidiansjah, ia memperkirakan, jumlah dokter yang tidak berhaji saat wukuf sekitar 10 persen atau 40 dokter. Tapi, dugaannya meleset. Sebab, ternyata dokter yang mendedikasikan diri untuk bertugas tanpa berhaji sangat banyak. "Mungkin ada yang berpikir, wah kasihan ya, sudah di Arafah kok tidak sekalian wukuf dan haji. Tapi, dengan dedikasi itu, saya justru tak menyangka," katanya.

Para dokter ini, kata Fidiansjah, akan dibantu 100 tenaga musiman (temus) yang juga siap tak berhaji meski berada di Armina. Para temus mukimin ini sudah berhaji pada tahun-tahun lalu. Menurut Fidiansjah, komitmen tak berhaji saat melayani jamaah meski sudah di Armina merupakan hal penting. Sebab, dia memiliki pengalaman tak mengenakkan pada tahun lalu, yakni ketika bertugas, dia memerlukan sopir ambulans. Sopir tak ada karena menjalankan ibadah haji. "Bagaimana saya bisa bertugas, masak saya yang mengemudikan ambulans, kan sedang melayani jamaah. Tidak ada sopir, tidak bisa bergerak (beroperasi mengobati jamaah haji)," kata dia. 

Menurut dia, ide meminta komitmen dokter Indonesia yang berkenan tak berhaji saat di Armina muncul saat dia melihat sejumlah dokter di RS King Fahd atau rumah sakit lainnya di Makkah yang tetap bertugas mengenakan pakaian dokter pada saat puncak haji. Para dokter di rumah sakit itu tetap bekerja melayani jamaah yang sakit. "Pasti, dokter dan paramedis di rumah sakit itu juga tidak berhaji. Nah, itu yang kita contoh," paparnya.

Inspirasi lain yang mendasari gagasan di atas karena jumlah jamaah haji kategori risiko tinggi (risti) semakin bertambah. Tentu, kata Fidiansjah, tak mungkin dokter-dokter ini masih mengenakan baju ihram saat merawat para jamaah risti atau usia lanjut.

"Saat pakai kain ihram, tentu pergerakan merawat jamaah akan terganggu. Karena itu, di saat jumlah jamaah risti semakin bertambah tiap tahun, kita juga harus mempersiapkan diri.'' Ia berharap, langkah-langkah ini dapat menekan jumlah jamaah haji, terutama jamaah risti yang wafat pascawukuf di Arafah.

Langkah-langkah tersebut diakui Fidiansjah sebagai upaya menekan jumlah jamaah haji, terutama jamaah risti, meninggal dunia pascawukuf di Arafah. Berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya, jumlah jamaah haji Indonesia yang wafat pascawukuf meningkat drastis, sehari bisa 10-15 orang jamaah. Selain kelelahan karena menjalani proses ibadah mulai dari wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah dan Mina, jamaah yang sakit atau risti kadang terlambat ditangani saat membutuhkan bantuan.

Direktur Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah Kementerian Agama (Kemenag) Abdul Djamil mengapresiasi sikap 150 dokter yang akan tetap bertugas dan tak berhaji saat pelaksanaan wukuf. Abdul Djamil berharap, hal tersebut bisa diterapkan pula di jajaran petugas PPIH dari Kemenag.

"Bagus, bagus. Kalau bisa, diterapkan oleh petugas di Kemenag agar mereka juga fokus melayani jamaah haji selama di Armina dan petugas ini sudah berhaji sebelumnya.'' rep:zaky al hamzah ed: wachidah handasah

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement