SURABAYA -Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memprediksi, kemacetan di Surabaya akan seperti Jakarta dalam lima tahun ke depan.
Untuk itu, menurut Risma, Pemkot Surabaya terus mengebut pembangunan infrastruktur demi mengantisipasi kemacetan. Sebagai prioritasnya, ia membangun sejumlah jalan lingkar luar dan jalan penghubung dalam kota.
Alumni Insitut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya itu menyatakan, pembangunan jalan tol tidak menjadi prioritas untuk saat ini. Menurut dia, pembangunan tol lebih besar dirasakan manfaatnya oleh warga yang memiliki uang.
Foto:ERIC IRENG/ANTARA
Dua polantas berada di antara padatnya lalu lintas di kawasan Wonokromo Surabaya, Jatim, Selasa (4/10). Pertambahan kendaraan bermotor di Surabaya pada 2010 setiap bulannya mencapai 15 ribu yaitu 12 ribu unit motor dan 3.000 unit mobil.
"Saya harus bangun jalan yang tidak bayar dulu, kalau masyarakat tidak mampu bayar tol, dia bisa melalaui jalan yang tidak bayar. Saya ingin membangun jalan yang adil untuk semuanya," ujar Risma kepada wartawan, Sabtu (27/9).
Selain pembangunan jalan, Pemkot Surabaya hari ini juga sedang mengejar persiapan pembangunan angkutan massal cepat (AMC), yang terdiri dari trem dan monorel. Menurut Risma, proyek trem yang didanai PT KAI akan dimulai awal tahun depan.
Pada hari yang sama, Risma kedatangan tamu 22 duta besar negara sahabat. Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Esti Andayani menyampaikan, Surabaya dipilih sebagai tujuan karena pertumbuhan metropolitan berjuluk Kota Pahlawan tersebut sangat pesat.
Para duta besar yang ikut dalam rombongan di antaranya adalah dubes Australia, dubes Korea Selatan, dubes Cina, dubes Swedia, dubes Selandia Baru, hingga dubes Uni Eropa. Mereka antusias menyimak pa paran Risma tentang profil Kota Surabaya.
Pada kesempatan tersebut, Risma memaparkan banyak hal, mulai dari sektor pendidikan, kesehatan, infrastruktur, pelayanan publik, hingga upaya penanggulangan banjir. Risma menyampaikan, yang men jadi perhatian utama saat ini adalah bagaimana meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sumber daya manusia agar mampu bersaing. Untuk itulah, pemkot mengalokasikan 30 persen lebih dari total APBD-nya untuk sektor pendidikan.
"Sekolah di Surabaya hingga jenjang sekolah menengah atas semuanya gratis. Begitu pula dengan akses kesehatan, di mana warga bisa memperoleh layanan kesehatan dengan cuma-cuma," ujar dia.
Dari segi peningkatan ekonomi masyarakat, Risma menggarisbawahi peran usaha kecil menengah (UKM) tidak bisa dipandang sebelah mata. Buktinya, menurut dia, angka kemiskinan di Surabaya menurun seiring melonjaknya jumlah para pelaku UKM. . rep:lilis handayani/c54,ed:nina chairani