Oleh : Prof Nasaruddin Umar -- Makhluk spiritual, yakni makhluk yang tidak termasuk pembahasan sebelumnya, seperti malaikat dan jin. Bukan rahasia lagi Rasulullah aktif menjalin silaturahim dengan makhluk-makhluk spiritual, seperti para malaikat, jin, dan arwah kalangan pendahulunya.
Jibril yang dikenal sebagai panglima para malaikat hampir setiap hari menjumpai Nabi. Dihitung saja, berapa kali ayat turun sebanyak itu pula minimum malaikat menjumpai Nabi. Malaikat maut yang dikenal juga dengan nama Israfil, tidak tega mencabut nyawa sahabatnya itu.
Israfil, seperti diuraikan dalam bagian terakhir kitab Ihya ’Ulumddin, bolak-balik mengadu ke Jibril. "Bagaimana mungkin aku tega mencabut nyawa kekasihku." Jibril memerintahkan Israfil melaksanakan perintah Tuhan. Israfil kemudian mencabut nyawa Nabi dengan sangat pelan. Demikian pula halnya dengan jin, Rasulullah sering menjalin keakraban dengan mereka. Bahkan diriwayatkan, Rasulullah pernah mempunyai jin piaraan, seperti disebutkan dalam beberapa hadis.
Nabi disenangi sejumlah jin. Saat Nabi bepergian, kalangan jin menyertainya. Mereka menjadi makmum ketika Nabi memimpin shalat. Kalangan jin pun bersedih ketika Nabi wafat. Demikian pula arwah, roh leluhur. Nabi diberi kemampuan berkomunikasi dengan mereka.
Waktu Isra Mi’raj, sebelum ke Baitul Maqdis, Nabi terlebih dahulu didaulat memimpin shalat yang makmumnya para Nabi yang pernah hidup sebelumnya. Mereka aktif berkomunikasi dengan arwah mereka. Bahkan, beberapa arwah di antara mereka memohon dihidupkan kembali menjadi umat Nabi Muhammad, dengan tidak membawa ajaran agama yang pernah disyiarkannya. Beberapa kali Nabi pernah dibantu makhluk-makhluk spiritual tersebut.
Ketika Rasulullah hijrah ke Thaif, beliau disambut lemparan batu sampai tumitnya berdarah. Makhluk spiritual penjaga Gunung Thaif mendatangi Rasulullah untuk membalaskan rasa sakitnya, tetapi Rasulullah menolak tawaran itu.
Dalam Perang Badar, Rasulullah pernah mendapatkan bala bantuan dari "tentara tak terlihat". Percaya terhadap makhluk spiritual merupakan salah satu dari rukun iman, khususnya percaya terhadap malaikat. Sebagai pengikut setia ajaran Islam, sejumlah orang bisa diberi kemampuan untuk berkomunikasi dengan para makhluk spiritual. Bahkan, orang itu bisa berguru kepada mereka.
Dalam kitab Jam’ Karamat al-Auliya’ karanganYusuf Nabhani, disebutkan sejumlah ulama atau auliya bisa berguru kepada makhluk spiritual. Di antara mereka banyak yang diberi kemampuan untuk senantiasa berkomunikasi dengan roh Nabi Muhammad. Dalam beberapa hadis sahih juga pernah diungkapkan jika seseorang bermimpi melihat Nabi, sesungguhnya orang itu benar-benar melihat Nabi. Satu-satunya makhluk yang tidak bisa ditirukan iblis, yakni wajah Nabi Muhammad.
Kitab Ihya’ ’Ulum al-Din karya Imam Al-Ghazali juga telah mengonfirmasi mengenai hadis-hadis Ahad yang dikutip di dalamnya. Al-Ghazali mengatakan, ia tidak pernah mengutip sebuah hadis di dalam kitab itu tanpa konfirmasi sebelumnya kepada Nabi. Nabi wafat sekitar tahun 622 Masehi dan Imam Al-Ghazali wafat tahun 1111 Masehi. Cerita yang sama juga disampaikan sejumlah waliyyullah. Kematian bukan penghalang untuk tidak menjalin silaturahim.
Bersilaturahim dengan orang tua yang sudah wafat dapat dilakukan dengan cara mendoakan mereka. Insya Allah mereka akan merasakan manfaat doa itu seperti dijelaskan Nabi.