Sabtu 09 Aug 2014 17:00 WIB

Makna Holistis Silaturahim (6) Silaturahim dengan Diri Sendiri

Red: operator

Oleh :ProfNasaruddin Umar  -- Dalam kosmologi Islam, manusia disebut mikrokosmos karena semua unsur makrokosmos, termasuk substansi makhluk spiritual, seperti malaikat dan jin, tersimpul di dalam diri manusia.

Itulah sebabnya Allah SWT menyebut manusia sebagai makhluk termulia (ahsan taqwim/QS al-Tin [95]: 4). Allah betul-betul memuliakan semua anak cucu Adam (walaqad karramna bani Ama/QS al-Isra[17]:70).

Manusia menjadi satu-satunya makhluk yang diciptakan dengan kedua tangan Tuhan, selainnya hanya diciptakan satu tangan Tuhan (khalaqtu bi yadayya/QS Shad [38]: 75). Manusia, satu-satunya makhluk yang ditiupkan roh Tuhan ke dalam dirinya (wa nafakhtu fihi min ruhi/QS al-Hujurat[15]: 28).

Diri manusia diciptakan berlapis-lapis dan setiap lapisannya merepresentasikan lapis-lapis alam. Dengan kata lain, manusia juga merepresentasikan semua alam, yaitu alam syahadah atau malakut, alam barzakh atau alam mitsal, alam malakut, al-a'yan al-tsabitah, sampai kepada derajat wahidiyyah dan ahadiyyah. Karena itu, dikatakan di dalam surah al-Fatihah, "Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in." Ayat ini menggunakan lafaz jamak "kami" (nahnu) sebagai isyarat yang harus menyembah ialah keseluruhan lapisan yang ada dalam diri manusia.

Ayat lain dari surah al-Fatihah menyebutkan, yang harus disembah ialah Tuhan seluruh alam (Rabb al-\'Alamin). Jadi, alam bukan hanya satu, melainkan banyak sehingga sesuai dengan totalitas diri unsur- unsur alam yang ada di dalam diri manusia. Silaturahim antarlapisan diri manusia juga sangat penting, bahkan lebih penting dari yang lain.

Sulit dibayangkan seorang anak manusia bisa sempurna melaksanakan silaturahim dengan makhluk lain jika di dalam dirinya sendiri tidak solidified.

Diri yang berantakan, dalam arti tidak terjadi sinkronisasi dan harmoni antara badan (the body), jiwa (the soul), dan roh (the spirit) tidak mungkin akan tampil sebagai hamba sejati, apalagi tampil sebagai khalifah. Seruan untuk menjalin silaturahim antara berbagai unsur di dalam diri manusia diisyaratkan dalam beberapa ayat, antara lain, "Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca al-Kitab (Taurat)? Maka, tidakkah kamu berpikir?" (QS al-Baqarah [2]: 33).

"Maka, janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa." (QS al-Najm [53]:32). Ayat lain menyatakan, "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan dari dalam dirimu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.

Sesungguhnya, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda- tanda bagi kaum yang berpikir." (QS al-Rum [30]: 28).

Ayat terakhir ini sering dialamatkan kepada pasangan pengantin baru, tetapi sesungguhnya bisa juga dimaknai pasangan-pasangan di dalam diri sendiri. Pasangan di dalam diri sendirilah yang harus ter- lebih dahulu hidup sakinah dan mawadah jika hendak hidup sakinah dan mawadah dengan orang lain.

Perhatikan ayat perjanjian primordial kita dengan Tuhan yang mengatakan, "Alastu birabbikum qalu bala syahidna, an taqulu yaum alquyamah inna kunna 'an hadza gafilin. (Bukankah Aku ini Tuhan kalian?)."

Mereka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kalian tidak mengatakan, `Sesungguhnya kami adalah (lapis-lapis) diri yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).'" (QS al-A\'raf [7]: 172).

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement