Penyempitan pembuluh darah aorta (aortic stenosis) menyebabkan 50 persen pasiennya akan meninggal dalam waktu satu sampai dua tahun tanpa gejala apa pun.
"Gejala stenosis aorta biasanya muncul bertahap meskipun keberadaan stenosis sudah berlangsung selama 10 sampai 20 tahun, tetapi tanpa gejala," kata spesialis jantung intervensi dari Mount Elizabeth, Singapura, Dr Paul TL Chiam.
Pembuluh nadi terbesar dalam tubuh yang keluar dari ventrikel jantung tersebut memang membawa banyak oksigen. Dunia kedokteran pun baru mengidentifikasi faktor risiko munculnya kondisi ini, antara lain, diabetes, hipertensi, hiperkolesterolemia, dan merokok.
Penyempitan atau pengapuran katup, kata Chiam, dapat berdampak fatal. Pengapuran bisa terjadi pada katup ini sehingga menyebabkan katup menjadi kaku. Penyempitan di aorta menyebabkan aliran darah terhambat. Prevalensi kasus penyempitan aorta diperkirakan empat persen dari seluruh populasi di dunia.
Nyeri dada atau angina pectoris merupakan gejala klasik penyempitan aorta. Biasanya, baru akan berhenti jika pasien diistirahatkan. Gejala lainnya, seperti gagal jantung dan sinkop.
Hipertensi sistolik bisa muncul bersamaan dengan stenosis aorta. Biasanya, tekanan sistolik lebih dari 200 mmHg, jarang terjadi pada stenosis aorta kritis.
Untuk memastikannya, diagnosis dilakukan dengan memeriksa kadar elektrolit serum, biomarker jantung, dan hitung darah lengkap. Tidak hanya itu, EKG, foto toraks, kateterisasi jantung pun perlu dilakukan jika temuan klinis tidak konsisten dengan hasil EKG, angiografi, atau treadmill. Tetapi, treadmill tidak dianjurkan pada pasien dengan stenosis aorta berat. Jika gejalanya mengarah pada stenosis aorta, tes yang perlu dilakukan adalah EKG, treadmill, dan CT-Scan. rep:Indah wulandari ed:khoirul azwar