REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kinerja penganggaran DPR di tahun 2013 menuai kritik. Kritik itu menyangkut adanya enam proyek yang dinilai mencurigakan.
“Aneh, ada pekerjaan pengoperasian dan pemeliharaan instalasi, mekanikal, dan elektrikal sampai sebesar Rp 50.819.521.000,” kata Koordinator Investigasi Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra), Uchok Sky Khadafi, ketika dihubungi Republika, Senin (13/5).
Uchok menyatakan ada enam “proyek aneh” DPR. Proyek itu, di antaranya perbaikan pendingin udara yang memakan biaya Rp 16 miliar dan pergantian trafo gedung DPR senilai Rp 2 miliar.
Uchok menyatakan proyek tahun 2013 itu disebut aneh karena dalam lelangnya selalu memenangkan penawar dengan harga tertinggi. Proyek pergantian travo Gedung DPR 2013, misalnya, DPR memenangkan PT APU yang mengajukan anggaran sebesar Rp 2.086.143.000. Padahal, masih ada perusahaan yang memiliki penawaran lebih murah, seperti PT ONP sebesar Rp 1.983.480.235 dan PT TJUT sebesar Rp 2.061.171.000.
Yang lebih mengherankan, kata Uchok, proyek pengadaan trafo sudah pernah dilakukan pada tahun anggaran 2011 dengan harga perkiraan sementara sebesar Rp 2.091.106.000.
Tak cuma itu, proyek penggantian mesin pendingin di gedung Nusantara I DPR RI juga dinilai Uchok tidak masuk akal. Sebab, proyek ini menelan anggaran Rp 16 miliar dan ongkos pemeliharaan alat pendingin sebesar Rp 8 miliar. “Yang paling aneh, proyek mereka selalu ada yang bernama anggaran untuk pemeliharaan. Tapi, kok kalau sudah dibeli dan jadi milik pemerintah, selalu rusak atau diganti. Jadi, uang untuk pemeliharaan selama ini dipakai untuk apa?” tanya Uchok.
Uchok mendesak proyek-proyek aneh tersebut dihentikan. Menurutnya, proyek tersebut mubazir dan lebih baik direlokasi untuk perbaikan fasilitas gedung pengadilan yang panas, pengap, dan tidak nyaman.
Uchok pun menilai adanya proyek aneh di DPR menjadi bukti Badan Anggaran (Banggar) tidak menjalankan fungsi dengan benar. Banggar sesuai tugas pokoknya, kata Uchok, berkewajiban melakukan sinkronisasi setiap anggaran yang ada di DPR.
Namun, hal itu sama sekali tidak terjadi. Alih-alih melakukan sinkronisasi anggaran Banggar, dipandangnya malah menyelewengkan fungsi kontrol. “Mereka memasukkan proyek yang tidak pernah dibahas di komisi,” ujar Uchok.
Buruknya kinerja Banggar tak lepas dari besarnya kepentingan fraksi masing-masing terhadap berbagai proyek yang ada di DPR. Uchok menyatakan kepentingan besar membuat fraksi enggan menjalankan fungsi pengawasan satu sama lain. “Uang di DPR terlalu banyak. Akhirnya, mereka pilih diam dan memainkan proyek sendiri,” kata Uchok.
Menyusul dugaan adanya proyek aneh di DPR, anggota Banggar DPR Bambang Soesatyo mendesak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) turun tangan. Hal ini penting agar berbagai bentuk penyimpangan anggaran menyangkut kebutuhan rumah tangga DPR tidak terus terjadi. “Kita minta KPK mengusut kejanggalan tersebut,” kata Bambang ketika dihubungi Republika.
Bambang menyatakan KPK mesti bisa membongkar siapa saja dalang yang terlibat dalam penyelewengan anggaran pengadaan barang jasa di DPR. Menurutnya, proyek-proyek itu berada di bawah kewenangan Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR.
Ketua BURT Marzuki Alie enggan berkomentar banyak perihal sejumlah “proyek aneh” di BURT. Menurutnya, pimpinan tidak mengetahui secara persis detail proyek yang ada. “Kita tidak tahu detail,” ujarnya.
Senada dengan Bambang, Marzuki mendorong KPK turun tangan mengatasi persoalan ini. Ia menambahkan pengadaan lelang barang dan jasa DPR dilakukan Sekretarian Jenderal DPR. “Laporkan saja ke KPK. (Lelang) di Sekjen DPR,” katanya. n muhammad akbar wijaya ed: abdullah sammy
Enam proyek aneh DPR versi Fitra
1) Penggantian conference system di ruang rapat paripurna II gedung Nusantara II sebesar Rp 18.800.014.000.
2) Penggantian mesin pendingin AC di gedung Nusantara I DPR RI sebesar Rp 16.000.000.000.
3) Pengadaan Compressor Chiller AC gedung Nusantara I DPR RI sebesar Rp 3.294.000.000.
4) Pemeliharaan alat pendingin sebesar Rp 8.177.000.000.
5) Pemasangan conference system ruang rapat Komisi I dan Komisi VIII serta portable sound system sebesar Rp 2.152.000.000.
6) Pergantian travo gedung DPR RI sebesar Rp 2.396.507.000.
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.