REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menyusul pernyataannya soal konflik internal dan upaya pelengseran dari posisi wakil ketua DPR, serangan terhadap politikus Golkar Priyo Budi Santoso gencar. Priyo diminta tak lagi mengungkit-ngungkit masalah internal Partai Golkar ke publik.
Sekretaris Jenderal Partai Golkar Idrus Marham meminta Priyo Budi Santoso tidak mengembangkan wacana pendongkelan dirinya. Menurut Idrus, wacana itu bersifat kontraproduktif bagi kepentingan Partai Golkar. “Tidak perlu diteruskan itu,” kata Idrus, Selasa (4/6). Idrus menyatakan Golkar tidak mau menganggap serius wacana pendongkelan yang disampaikan Priyo. Wacana itu, menurutnya, tidak lebih dari sekadar candaan pribadi Priyo. “Itu guyonan Priyo,” ujarnya.
Ia menegaskan, setiap peralihan posisi dan jabatan dilakukan melalui mekanisme yang demokratis. Dalam konteks ini, Idrus menganggap Priyo semestinya telah memahami tradisi politik Golkar. “Dia sebagai salah satu ketua tahu tradisi demokratis Golkar,” katanya.
Sementara itu, Ketua DPP Partai Golkar Bidang Politik dan Keamanan Yoris Raweyai mengatakan akan melaporkan pernyataan Priyo ke dewan Fraksi Golkar di DPR. “Kita perlu mendengar langsung. Saya akan membicarakan ini ke fraksi,” ujar Yoris di Kompleks Parlemen Senayan, kemarin. Yoris juga menilai Priyo melanggar etika sebagai kader Golkar. Sebab, tak semestinya konflik internal di Partai Golkar diumbar ke publik.
Ia mengakui, ada dinamika di internal Golkar. Namun, hal itu, menurutnya, merupakan hal wajar dalam politik Golkar. Partai memiliki aturan internal untuk menyelesaikan masalah tersebut. Pernyataan Priyo terkait upaya pendongkelannya ia sampaikan menyusul pemberitaan atas kunjungannya ke Lapas Sukamiskin, pekan lalu. Selepas kunjungan itu, menurut Priyo, ia ditekan sejumlah pihak. Salah satunya dari internal Golkar.
“Saya agak sedih juga ada teman-teman di dalam, ada segelintir pimpinan teras yang seperti sengaja menggerakkan pemberitaan,” kata Priyo di Kompleks Parlemen Senayan, Senin (3/6). Ia menduga ada yang mengincar posisinya sebagai wakil ketua DPR dengan menonjolkan dugaan pelanggaran melalui kunjungan ke lapas.
Ia menegaskan, kunjungannya ke Lapas Sukamiskin sekadar untuk menjenguk kawan-kawan mantan kader Golkar yang ditahan di sana. Priyo mengakui bertemu dengan terpidana kasus suap Fahd El Fouz. Namun, membantah pertemuan itu terkait kesaksian Fahd di Pengadilan Tipikor bahwa ada aliran dana korupsi pengadaan naskah Alquran di Kemenag untuk Priyo.
Pengamat politik dari Lingkar Madani Indonesia Ray Rangkuti mengatakan, pernyataan Priyo soal ancaman atas posisinya sangat beralasan. Sebab, persaingan antarindividu di internal politik masih menjadi hal lumrah. “Kemungkinan ada yang ingin menyingkirkan Priyo besar,” kata Ray.
Ray mengatakan, penyingkiran terhadap Priyo bisa saja terjadi seiring menguatnya kepentingan antarelite Golkar menjelang Pemilu 2014. Kepentingan itu, misalnya, menyangkut penetapan daerah pemilihan (dapil), daftar caleg tetap (DCT), hingga penentuan posisi ketua umum mendatang. “Aktornya tidak tunggal,” ujarnya.
Sebaliknya, pengamat politik Universitas Gadjah Mada Ary Dwipayana tidak terlalu yakin ada elite Golkar yang sengaja menggiring isu negatif ke Priyo. Kendati begitu, Ary menyatakan tetap ada kemungkinan tengah terjadi pertarungan politik di antara elite Golkar. Pertanyaannya kemudian, kata Ary, pertarungan semacam apa yang mereka perebutkan dari Priyo? “Pertarungan positioning seperti apa yang diperebutkan?” katanya.
Ary menilai, selama ini ketokohan Priyo di Golkar belum terlalu mengakar. Priyo belum memiliki gerbong kuat sebagaimana tokoh-tokoh Golkar lain. Kalaupun Priyo menjadi patron, eskalasinya tidaklah terlalu besar. “Priyo tidak memiliki gerbong yang mengakar. Dia patron yang baru tumbuh,” ujarnya. n m akbar wijaya ed: fitriyan zamzami
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.