Rabu 03 Jul 2013 02:11 WIB
Sidang Itsbat

Pemerintah Gelar Itsbat 8 Juli

Sidang Itsbat penentuan 1 Syawal 1433 H, di Kementrian Agama, Jakarta, Sabtu (18/8).  (Adhi Wicaksono)
Sidang Itsbat penentuan 1 Syawal 1433 H, di Kementrian Agama, Jakarta, Sabtu (18/8). (Adhi Wicaksono)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pemerintah akan menggelar sidang itsbat penentuan awal Ramadhan 1434 Hijriyah pada 8 Juli 2013. “Kita pastikan pada Senin malam mendatang. Surat edaran sudah kami sampaikan ke seluruh Kantor Wilayah di setiap provinsi,” kata Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama Muchtar Ali, Selasa (2/7).

Tim hisab dan rukyat di setiap daerah, dia menjelaskan, juga diminta untuk mempersiapkan diri. Ini berkaitan dengan pengawasan hilal atau bulan baru di 53 titik yang tersebar di 33 provinsi. Pemantauan hilal juga akan melibatkan tim hisab dan rukyat dari masyarakat dan ormas Islam. Seperti, di Jawa Timur, ada 130 titik pengamatan yang akan digarap Nahdlatul Ulama (NU) dan beberapa pesantren.

Untuk menyamakan penetapan awal Ramadhan dengan beberapa negara tetangga, kata Muchtar, Indonesia telah menyepakati kriteria dengan Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura. Kriteria standar yang disepakati adalah hilal setinggi dua derajat di atas ufuk dengan umur bulan baru delapan jam. “Kami harapkan Ramadhan dan Syawal antara Indonesia dan negara-negara itu sama,” ujarnya.

Muchtar menegaskan, dalam sidang itsbat mendatang akan dihindari debat yang menjurus saling serang. Terutama, bila terjadi perbedaan penetapan awal Ramadhan tahun ini. Langkah tersebut bertujuan menghindari kesan ketidakharmonisan antartokoh agama dan ormas Islam. “Kalau ada perbedaan, kami berharap para tokoh agama mampu saling menghargai.”

Dia mengungkapkan, banyak masukkan agar sidang itsbat tak berubah menjadi ajang menyerang atau menghina satu sama lainnya. Apalagi, bersikap melecehkan. Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama Abdul Djamil menegaskan, pemerintah tetap mengakomodasi  berdasarkan dua pendekatan penetapan, yakni perhitungan hisab dan dilengkapi dengan rukyat.

Kemenag, ujar dia, tak berupaya memihak salah satu ormas atau golongan. Penetapan berdasarkan metodologi dan dalil Alquran dan hadis. Bila muncul perbedaan dalam menentukan awal Ramadhan dan Syawal tahun ini, dia mengimbau jangan ada saling serang atau ungkapan bernada provokatif bagi pihak yang berbeda.

“Lebih baik menjaga ukhuwah dan ketentraman, inilah sudah hampir setiap tahun terjadi. Saya rasa umat harus semakin dewasa menyikapi ini,” kata Djamil. Persoalan mengenai perbedaan tak perlu dipermasalahkan. Dia beralasan, selama bukan hal yang mendasar dalam Islam, perbedaan adalah rahmat. Jadi, semua pihak diminta olehnya tak memperkeruh hubungan antarumat dan ormas Islam.

Djamil mengatakan, prinsip Kemenag dalam penetapan awal Ramadhan tetap dalam bingkai mempersatukan umat Islam. Selain itu, ujar dia, pihaknya selalu berusaha mempertemukan perbedaan. “Kami selalu berharap semua ormas satu sikap dalam menetapkan awal Ramadhan dan Syawal, tapi kita tidak ingin ada pemaksaan atau saling serang bila ada perbedaan.” n amri amrullah  ed: ferry kisihandi

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement